Wednesday, April 20, 2011

Love Story : For Love Part 2

 

Love Story : For Love part 2

Di part sebelumnya, kita udah kenalan sama Karra, Kak Adrian, ada mamanya Karra juga, Nadia sahabat Karra, dan cowok aneh dan misterius yang nyebelin. Siapakah cowok itu? Dan di part ini bakalan banyak tokoh – tokoh yang muncul.
Jadi, baca aja For Love part 2 ::

Pagi hari, tepatnya hari minggu.

Di kamarnya, tak henti – hentinya Karra melontarkan kata – kata sebalnya. Karena seorang cowok aneh yang nyebelin. Karra terus mondar – mandir di kamarnya sambil bergumam jengkel. “siapa sih tuh cowok, emang dia gak tau gue, apa? gue akan buat perhitungan sama dia.”

Tingtong.. tingtong.. bell rumah Karra tiba – tiba berbunyi. “Karra, tolong bukain. Kali aja itu temen kakak. Tolong ya,, kakak lagi sibuk.” Seru Adrian pada Karra. “iya, iya.. bentar!” jawab Karra yang masih kusut mukanya. Pintu pun terbuka. Tampak seorang cowok ganteng, berdada bidang, tinggi putih, dan matanya yang teduh menatap Karra. Karra kaget banget saat melihat cowok itu. Namun suara kakaknya membuyarkan semuanya termasuk tatapan cowok itu pada Karra. “siapa ra..? oh, Rendy. Karra, kenalin ini temen kakak namanya Rendy. Ia baru ngegabung di bandnya kakak. O,ya.. Rend, ini Karra. Adik aku satu – satunya. Yang sering aku ceritain itu,,.” Kata Adrian mengenalkan mereka. “emang kakak cerita apa aja?” tanya Karra sebel, karena merasa aibnya disebarluaskan oleh kakaknya. “ada deh,.. haha.” Goda Kak Yand. “yaudah deh, terserah.” Kata Karra sambil berjalan memalingkan wajah. “biasa... emang gitu orangnya. Yuk, anak – anak udah pada ngumpul diatas.” Ajak Adrian kepada Rendy yang masih teringat pada bola mata Karra.

Keesokan harinya, dilapangan basket.
             
            Karra sedang pemanasan untuk sebuah pertandingan. “Karra..!!” teriak Nadia pada Karra yang tampak keren karena baju basket dan deker putih di lengannya. “eh, Nad.. lo ngapain disini?” tanya Karra. “ya ngeliat sahabatnya tanding dong, gimna sih?” jawab Nadia. “oh,. Makasihnya.”kata Karra. “iya..” jawab Nadia. Pertandingan pun dimulai. Dengan penuh semangat, Karra berhasil mencetak score yang mengagumkan. Hasil akhir pertandingan pun dimenangkan oleh SMA Permata Bangsa. Karra dan Nadia sangat senang dengan kemenangan itu. Pertandingan tingkat kabuten pun sudah berhasil Karra dan teman – teman basketnya lalui. Pertandingan tingkat provinsi pun akan diselenggarakan 2 minggu lagi. Karra dan teman – teman basketnya lebih mempersiapkan diri.  

Sesampainya di rumah, Karra terkejut oleh kedatangan papanya dari Singapore. Perusahaannya bercabang ke 3 negara. Dan Singapore salah satunya. Papa Karra terlihat kaku ketika berbincang – bincang saat makan malam. Suasana terasa aneh, ketika papa Karra berusaha mencairkan suasana namun leluconnya terasa garing. Karra pun mulai angkat bicara. “berapa lama papa cuti buat Karra?” tanya Karra memecah keheningan di ruang makan itu. “maaf sayang, besok papa harus berangkat lagi ke Sydney untuk mengurusi perusahaan papa yang baru saja dirintis.” “Karra udah selesai. Met malem pah,mah..” jawab Karra dengan muka kusut sambil melangkah menuju kamarnya. “Karra,,..” seru mama prihatin kepada Karra. “Karra,, mama tau itu berat bagimu sayang, tapi mama dan papa sibuk demi masa depanmu.” Lanjut mama sambil mendekat. “masa depan? Masa depan apa kalu aku nggak pernah dapet perhatian kalian?” Sahut Karra setengah marah dan kecewa. “papa memberikan kamu fasilitas yang mewah, nyaman, tidak kah kamu sadar?” jawab papa emosi. “setiap orang tua itu berbeda sayang. Mama janji jika perusahaan kosmetik mama berhasil, dan mama dapat cuti, mama akan liburan sama kamu kok sayang!” janji mama yang meyakinkan Karra. Karra tau itu tidak akan terjadi. Karena Karra sudah terbiasa sendiri, dan ia terbiasa tidak mendapat perhatian orang tuanya. Lagi pula ada Nadia dan Kak Adrian yang mengisi hari – harinya.

Di lapangan basket sekolah, tepatnya pukul 4 sore.

Rafa sibuk memantul – mantulkan bola basketnya dan bersiap – siap memasukan bola ke ring. Sementara di tepi lapangan, Ivan memegang pemukulnya, teman – temannya yang akan membantu pun bersiap. Saat Rafa akan melompat, kedua tangannya ditarik oleh segerombolan cowok. Mereka lalu membawanya ke belakang sekolah. Ivan memukul keras kepala Rafa. Rafa mengerang kesakitan. Ivan terus menghajar nya dan berkata “ ini akibatnya kalo lo macem – macem sama Karra..” lalu segera pergi meninggalkan Rafa yang tergeletak lemas dengan bekas luka lebam karena tonjokan dan pukulan. Bajunya pun kotor karena terkena darah dari lukanya.

Sore itu kebetulan Karra sedang latihan di lapangan basket sekolah. Tiba – tiba dia teringat pada seorang cowok yang mencium pipinya. Karra sebel banget waktu itu. Namun sekarang Karra mencarinya. Karra mendengar suara sesuatu di belakang sekolah. Ternyata seorang laki – laki yang sedang ia cari. “lo.., ngapain disini?” tanya Karra mengejutkan Rafa yang terduduk lemas. Rafa hanya menatap Karra sinis. “lo, kenapa? Kok luka – luka begitu? Knapa lo liatin gue kayak gitu?” Tambah Karra sambil mendekat dan melihat jelas luka – luka itu. “semua ini gara – gara lo!” serak Rafa yang menatap tajam kepada Karra. “gue kayak ini gara – gara nyium pipi lo.” Tambah Rafa. “hah? tapi Siapa orangnya Raf? Mendingan kita laporin dia ke BK..” kata Karra kasihan. “kenapa lo mau nolong gue, bukannya waktu itu gue pernah bikin lo marah?” jawab Rafa menatap teduh Karra sambil menahan sakit. “siapa nama lo? Knapa waktu itu lo lakuin hal itu?” tanya Karra penasaran. “gue Rafa.. klo buat nyium pipi lo,, itu rahasia gue.” Jawab Rafa. “yaudah deh, mendingan gue pulang!” kata Karra yang berbalik badan dan ingin segera pergi. “tunggu!” seru Rafa sambil memegang tangan Karra supaya Karra berhenti dan berbalik. “kenapa?” tanya Karra. “karena gue sayang sama lo.” Kata Rafa lembut. Karra sangat terkejut dengan kata – kata itu dan matanya tak bisa lepas dari Tatapan Rafa..

Makin seru ya...(masa seh?) di For Love part 2, kita udah tau siapa cowok misterius itu dan udah tau banyak tentang orang tuanya Karra. tunggu part 3 nya ya!!! tolong kritik dan saran, :)

No comments:

Post a Comment