Thursday, July 21, 2011

[Sinopsis] Tree Of Heaven Episode 4


Acara kelulusan digelar malam harinya. Senpai mulai memotong kue dan berteriak kepada para murid “sampai berjumpa saat kau sukses nanti”.
Tarian khas negeri sakura ditampilkan dalam acara kelulusan. Semua murid menikmati tarian tersebut. Senpai yang duduk disamping Maya tiba-tiba membisikkan sesuatu kepada Hana yang duduk tepat dibelakangnya “kau pasti menderita saat ada yang mengawasimu”. Hana hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Senpai yang sudah mengajarinya selama ini. Senpai kemudian berdiri dan menyapa murid lainnya.
Ryu mengambil alih tempat Senpai dan hal itu membuat Maya senang. Ryu hanya tersenyum saat Maya menyapanya dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya untuk masuk di universitas Tokyo. Ryu kemudian mengajak Hana berbicara “Hana kau bisa tinggal di Tokyo” dan hal itu membuat Maya menjadi heran. “aku belum mengatakan kepadamu, aku akan bekerja di Hotel Kakak Ryu” ucap Hana “dan aku akan bekerja dengannya” tambah Mika senang dan memanas-manasi Maya.
Ryu tiba-tiba berdiri dan meminta kepada Hana untuk menyanyikan sebuah lagu sambil bermain piano. Semua terdiam mendengarkan suara merdu Hana dan dentingan pianonya.
Sementara pikiran Hana melayang ke masa-masa saat dirinya dan Yun Soo menghabiskan waktu bersama. Perlahan-lahan air mata Hana mulai menetes.
Maya menatap tajam Hana dan pandangan Ryu yang sama sekali tidak berpaling dari Hana.
Maya berlari dengan cepat kembali ke rumah. Tujuan utamanya adalah mencari Yun Soo dan membawanya menemui Hana.
“Keluar,…. Keluar…..” teriak Yun Soo saat Maya mendekatinya
“kau pasti mencintai Hana, Hana juga mencintai kakak makanya dia memilih untuk pergi, dia takut akan jatuh cinta kepadamu. Kau bisa pergi bersamanya. Aku mencintai Ryu dan hanya kau yang bisa menolongku” pinta Maya.
Tatapan Yun Soo penuh emosi. Kalung salib pemberian Ibunya digenggam dengan erat. Yun Soo kemudian berlari sekencang-kencangnya dan sama sekali tidak memperdulikan dirinya yang kedinginan dan tidak memakai sepatu.
Mika mengguncang-guncangkan tubuh Hana “kenapa kau datang sendiri, dimana kakak Yun Soo” rengek Mika, teman-teman Hana yang lainnya juga merasa sedih tanpa kehadiran Yun Soo. Tiba-tiba pintu terbuka, Yun Soo mulai mencari keberadaan Hana.
Yun Soo menarik tangan Hana dengan paksa dan membawanya ke sebuah ruangan. Mika dan yang lainnya terkejut melihat sikap Yun Soo.
“jangan pergi” pinta Yun Soo “buatlah kesepakatan denganku, katakan padaku kau tidak akan pergi kemana-mana, bahkan jika kau tidak menyukaiku, tidak mencintaiku, tolong jangan pergi” tambah Yun Soo
“Oppa” ucap Hana dan berniat pergi
“buat kesepakatan denganku, tidak aku tidak bisa membiarkanmu pergi, aku tidak mengijinkanmu pergi. Apa kau tahu betapa berartinya dirimu bagiku, kau satu-satunya orang yang kucintai, satu-satunya orang yang berada disisiku, kau satu-satunya orang yang mencintaiku, jadi jangan pergi. Aku tidak meminta apa-apa darimu, tinggal saja bersamaku, kumohon” pinta Yun Soo sambil menangis
“aku tidak bisa, Hana harus pergi ke Tokyo” ucap Hana sedih.
“tidak, tidak bisa, kau tidak bisa melakukannya” teriak Yun Soo dan memeluk Hana erat. Hana berusaha melepaskan diri, namun pelukan Yun Soo terlalu erat dan bahkan mereka terjatuh ke lantai.
Mika berlarian bersama Ryu. Teman-teman Hana yang lainnya lebih dahulu menemukan Yun Soo dan Hana. Mereka terkejut saat melihat Yun Soo dan Hana. Mereka salah mengerti dan mengira kalau Yun Soo ingin berbuat jahat pada adiknya sendiri.
“dasar pria jahat” teriak Ryu tiba-tiba dan memukul Yun Soo. Yun Soo hanya terbaring di lantai dan terus berucap “ jangan pergi”. Ryu kembali melayangkan sebuah pukulan ke wajah Yun Soo “jangan buat kegaduhan disini” teriak Ryu. Yun Soo tidak membalas Ryu sama sekali seperti yang pernah dilakukannya dulu. Yun Soo hanya terus mengucapkan “jangan pergi”.
Mika dan teman Hana yang lainnya berusaha menahan Ryu yang ingin memukul Yun Soo yang sudah tidak berdaya. Dan Hana hanya bisa menangis melihat Yun Soo.
“hanya satu kalimat saja, tolong katakan ini tidak benar” ucap Yun Soo sedih. Maya tiba-tiba datang dan pura-pura menanyakan apa yang terjadi pada temannya, padahal penyebab semua kekacauan ini adalah karena keegoisan Maya yang sangat ingin mendapatkan Ryu.
Yun Soo mulai bangkit dan menatap Hana. “mianhae” ucap Yun Soo pada Hana “ini aku, aku sangat menyukai Hana. Ini pertama kali dalam hidupku sangat mencintai seseorang, aku hampir kehilangan akal sehatku. Semuanya selamat atas kelulusan kalian, aku pergi” teriak Yun Soo dan berlalu pergi.
Hana ingin mengejar Yun Soo, namun ucapan Maya menghentikannya “kau, kau bagaimana bisa melakukan ini pada kakakmu” teriak Hana. Hana menatap tajam Maya dan dengan cepat mengejar Yun Soo. Ryu berusaha mengejar Hana, namun Maya berpua-pura pingsan tepat di depan Ryu.
Hana menyadari kesalahannya. Hana juga sangat mencintai Yun Soo. Hana terus berlari dan memanggil nama Yun Soo. Hana tidak menyadari keberadaan Yun Soo yang berada tepat dibelakangnya dan menatapnya dengan tatapan sedih.
“Oppa meninggalkanku, karena aku, karena kebohonganku, karena rasa takutku, karena aku tidak berani untuk mengakui kalau aku juga mencintainya. Karena aku, Oppa akhirnya pergi. Oppa tidak pernah muncul lagi, tidak, Oppa kelihatannya tidak akan pernah kembali lagi”.
Bibi Hana berjalan mengendap-ngendap disaat Hana dan Maya sudah tertidur. Bibi kemudian membangunkan Maya dan mengajaknya keluar kamar. “Spring akan dijual hari ini, kita harus pergi secepatnya” ucap Bibi Hana pada Maya.
Maya berteriak kegirangan “jadi kita akan pergi ke Tokyo?”. Bibi Hana menyuruh Maya untuk diam dan jangan menimbulkan suara apapun “jangan berisik, cepat berkemas dan jangan sampai Hana mengetahuinya”.
Keesokan harinya Hana terbangun. Hana merasa heran saat melihat seisi kamar berantakan. Lemari Maya sudah kosong dan buku-buku sudah tidak ada lagi ditempatnya.
Hana berjalan keluar kamar menuju ke ruangan tempat ibunya menyimpan surat-surat rumah sekaligus spring. Betapa terkejutnya Hana saat mendapati surat-surat rumah sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Hujan Salju mulai turun. Hana hanya berdiri di depan rumah dan terus menangis sambil memanggil nama Yun Soo. Maya dan Bibinya sudah meninggalkannya sendirian dan Yun Soo sama sekali tidak ada untuk menghiburnya ataupun berusaha menyabarkannya.
Hana berjalan menuju makam ayahnya sekaligus tempat pohon cemara milik kakaknya ditanam. Hana menatap sedih pohon cemara dan berucap “Oppa, annyeo”. Hana kemudian pergi dan tidak menyadari kalung salib kesayangan Yun Soo tergantung di pohon cemara.


= 2 Tahun Kemudian=
TOKYO
Seorang gadis sedang duduk di kereta dan sedang berlatih mengucapkan percakapan dalam bahasa Korea. Sepatu Pink yang dikenakannya sudah terkupas-kupas dan sepertinya gadis itu selalu memakainya.
Dia mulai berlarian bersama dengan warga Tokyo lainnya yang dikejar waktu menuju tempat tujuan masing-masing. Senyum selalu terkembang di wajahnya.
Walaupun waktu berlalu lebih cepat dari yang aku bayangkan, kenangan 2 tahun yang lalu akan tetap tertinggal dalam hatiku. Senyuman Ibu, salju yang tidak pernah meleleh di belakang pekarangan rumah kami,pohon kakak, jalanan menuju ke sekolah dan semua kenangan manis disana. Aku terlalu muda untuk mengerti semuanya, tetapi kakak memikirkan sesuatu yang lebih dibandingkan dengan diriku. Aku telah mencintainya.
Aku percaya kakak akan kembali untuk kita. Aku yakin keajaiban itu pasti ada.
Hana melihat keluar jendela. Pandangannya tertuju pada salju yang berjatuhan. Hana tetap gigih mempelajari bahasa korea agar jika bertemu dengan kakaknya lagi, Hana sudah tidak membaca kamus lagi. Buktinya sekarang Hana sedang mengikuti kursus pelatihan bahasa Korea.
Disamping Hana duduk Mika yang sangat serius mendengarkan Guru menjelaskan. Guru kemudian bertanya pada murid siapa yang bisa menafsirkan dan menciptakan sebuah kalimat mengenai salju. Tiba giliran Hana “aku melihat pohon dengan kakak saat salju turun”. Guru bertepuk tangan “Hana sangat mirip orang Korea, bahkan jika aku mengatakan Hana adalah orang Korea, yang lainnya pasti akan percaya”.
Saat kelas selesai, Guru mendekati tempat duduk Hana dan Mika. “Hana, bukannya kau ingin menjadi pemandu tur Orang Korea, bisakah kau melakukannya malam ini?”. Hana terlihat senang dan mengucapkan terima kasih hingga berulang kali.
Hana dan Mika berlarian menaiki jembatan penyeberangan. Mereka tertawa bersamaan dan saling meledek. Mika mengatakan kepada Hana tujuannya belajar bahasa Korea, agar jika bertemu dengan Yun Soo lagi , dirinya bisa mengungkapkan semua perasaan cintanya pada Yun Soo. “oleh karena itu Hana, kita harus bekerja keras hari ini” teraiak Mika. Mereka kemudian memasuki sebuah Hotel bintang lima yang dipimpin oleh Ryu.
Ryu menyapa Hana dan Mika yang baru saja datang. Mika berpamitan pada Hana dan Ryu dan membiarkan mereka berbicara berdua. “aku akan melupakanmu jika aku tidak melihatmu setiap saat, datanglah ke departemen perencanaan, aku ingin kau tinggal disisiku” ucap Ryu senang “aku cukup puas dengan apa yang kulakukan sekarang” ucap Hana.
Manager yang dulu menjamu Hana saat berkunjung ke Hotel Ryu terus memandangi mereka. “aku harus bekerja sekarang, Manager kita tidak sebaik kakakmu” ucap Hana pada Ryu dan segera berlari ke ruang ganti.
Para petugas pelayanan kamar mulai berkumpul termasuk Hana dan Mika. Manager memberikan pengarahan kepada mereka dan memberi tugas kepada Hana untuk membersihkan kamar tamu VIP. Hana terlihat terkejut dan sangat senang mendengarnya.
Begitu Manager pergi, Mika mengatakan kepada Hana kalau Manager sengaja menempatkan Hana di kamar VIP agar Hana mendapat masalah. Hana hanya tersenyum mendengarnya.
Hana mulai mendorong semua peralatan kebersihannya menuju kamar tamu VIP. Hana menghela nafas dan mulai membuka pintu dengan kunci yang diberikan Manager kepadanya.
Hana memberi salam dan melihat ke sekeliling mencari keberadaan tamu. Yang ada hanya secangkir kopi panas dan secarik kertas yang diletakkan di atas piano. Pesannya berisi agar petugas menyediakan pakaian dalam di kamar mandi.
Hana menuju ke lemari dan melihat seisi lemari yang dipenuhi dengan warna hitam. Baik itu jas, kemeja, kaos kaki, pakaian dalam dan celana. Hana mengambil selembar pakaian dalam dan menuju ke kamar mandi.
Hana meletakkan pakaian dalam di wastafel dan tidak menyadari keberadaan seseorang yang sedang duduk di waterbath. “namamu?” tanya Pria tersebut tiba-tiba dan membuat Hana terkejut. Hana berbalik ingin menyapanya namun dengan cepat berbalik lagi saat menyadari pria tersebut tidak memakai pakaian (pakai celana kok). “aku Hiroshi Hana”jawab Hana terbata-bata dan kemudian tersenyum “kamu akan datang ketika aku meneleponmu, bahkan jika itu jam 12 malam?” tanya Pria tersebut lagi. Hana terkejut dan perlahan-lahan membalikkan kepalanya untuk melihat sekilas wajah pria yang sedang diajaknya berbicara. Sayang Pria tersebut berbalik ke belakang, Hana hanya bisa melihat sebuah anting-anting yang dikenakan di telinga kirinya.
“kau akan melakukannya?” tanya Pria tersebut lagi “aku akan melakukannya” jawab Hana dengan wajah malu karena tidak menjawab pertanyaan pria tersebut dengan cepat “keluar” ucap pria tersebut.
Hana merasa malu sekaligus ketakutan. Tanpa sengaja dirinya menyambar sebuah gelas yang terletak di atas wastafel. Hana dengan cepat membereskannya dan kembali berbalik melihat pria tersebut yang sudah masuk ke dalam air. Hanya kaki pria tersebut yang masih terlihat sedangkan wajahnya sudah dibenamkan ke dalam air. Hana merasa tidak asing dengan kaki tersebut.
Gelembung-gelembung udara dari dalam air perlahan-lahan mulai menghilang dan hal itu membuat Hana penasaran pada pria yang sekarang menjadi tamu VIP di Hotel. Hana dengan cepat pergi karena takut membuat kesalahan lagi.
Saat Hana keluar dari kamar tamu VIP, dari kejauhan terlihat Mika yang berlari disepanjang koridor. Wajah Mika terlihat panik dan tidak seperti biasanya “Hana ada telepon dari rumah”.
“apa yang kau lakukan?” tanya Hana melihat semua barangnya dibuang keluar dari kamar “jangan bicara omong kosong, dimana ibumu?” “aku tidak tahu” jawab Hana. Karena ulah Bibi Hana dan Maya, Hana dikejar penagih hutang bahkan sampai ke Tokyo. Mereka bahkan menyalahkan Ibu Hana karena tidak membayar hutang yang seharusnya milik Bibi Hana.
“aku berkata, aku tidak tahu” teriak Hana. Penagih hutang mendorong Hana hingga Hana terjatuh. Hana terkejut saat melihat hak sepatunya patah “aku mempercayaimu karena aku pikir kalian orang Korea, aku akan pergi setelah mendapatkan uangnya, apa yang akan kau lakukan?apa kau tahu bagaimana bisa menghasilkan uang itu” teriak penagih hutang “ibuku bukan orang semacam itu” ucap Hana sedih “aku mempercayakan padanya bisnis pemandian air panasku, kau seharusnya tahu dimana dia” tambah penagih dan melemparkan barang Hana tepat di wajahnya.
Pemilik kontarakan tempat Hana tinggal hanya bisa diam melihat dan tidak bisa berbuat apa-apa. Baginya lebih baik jika Hana pergi daripada harus membuat kekacauan dengan datangnya para penagih. Salah satu teman penagih hutang keluar dari kamar Hana dan menunjukkan sebuah amplop yang berisi tabungan Hana. “aku kira cukup untuk hari ini” ucap penagih hutang dan segera pergi.
Hana menangis melihat hak sepatunya yang patah “Oppa” ucap Hana sedih
Hana berjalan terseok-seok dengan koper ditangannya. Hana memutuskan mematahkan hak sepatunya daripada harus berjalan terseok-seok. Patahan sepatunya tetap dipegang Hana.
Hana menuju lemari loker (hebat ya chingu, disana disediakan loker untuk warga Tokyo) dan menyimpan sepatu pink kesayangannya disana. Hana mengunci pintu loker namun membukanya kembali dan mengambil sepatunya. Hana merasa berat jika harus berpisah dengan sepatu kesayangannya.
Hana melanjutkan kembali perjalannya dan tanpa Hana sadari seseorang yang memakai pakaian serba hitam diam-diam mengikutinya.
Hana menjadi tourguide bagi turis Korea yang sedang melancong ke Tokyo, Ibu Kota Jepang. Hana dengan fasih mulai menjelaskan tentang keindahan negeri Tokyo dan tentu saja menara Tokyo yang sangat mirip dengan Menara Eiffel. Salah satu turis mengatakan kalau bahasa korea Hana sangat fasih. Hana hanya tersenyum mendengarnya.
Hana berdiri di sebuah gedung tinggi dan memandang keindahan kota Tokyo. Pikirannya kembali melayang pada Yun Soo. “Oppa dimana kau, jika kau disini aku ingin bertemu denganmu bahkan hanya sekali”.
Hana kembali mengajak para turis melihat keindahan Kota Tokyo. Kali ini mereka melewati tempat yang pernah disinggahi Hana dan Yun Soo dan di tempat itu jugalah Yun Soo berbicara untuk pertama kalinya. “ini adalah tempat yang sangat baik untuk reuni, pengakuanmu akan menjadi kenyataan. Jika kamu belum melakukannya, lakukan itu disini sekarang” ucap Hana menjelaskan panjang lebar.
Hana tiba-tiba dikejutkan oleh melintasnya seorang pria berpakaian hitam yang sangat mirip dengan Yun Soo. Hana mulai berlari mengejarnya dan lupa kalau dirinya sekarang sedang menjadi tour guide.
Hana terus memnaggil pria tersebut namun pria tersebut malah terus saja berjalan. Hana bahkan hampir kehilangan jejak namun akhirnya menemukannya juga.
Pria tersebut turun dengan menggunakan escalator. Hana tidak tinggal diam dan tetap mengikutinya. Pria tsersebut berjalan sangat cepat dan Hana kembali kehilangan jejak. Hana mengedarkan pandangan ke segala arah dan akhirnya menemukan pria tersebut berada di dalam lift. Pandangan mereka saling bertemu dan akhirnya Hana menyadari kalau pria tersebut benar-benar kakaknya yaitu Yun Soo.
Hana segera berlari menuju lift, satu harapannya yaitu ingin bertemu dengan sang kakak.
Namun harapan Hana sia-sia karena Yun Soo sekarang malah berada di escalator.
Hana berjalan tanpa arah dan mulai menangis. Hana sekarang seperti berada di persimpangan jalan.
Hana kembali ke tempat kesukaannya yaitu pohon kenangannya bersama Yun Soo. Hana memegang lehernya kemudian membuka genggaman tangannya. Hana melihat sebuah kalung salib kakaknya. Hana berbalik ketika seseorang memanggil namanya. Yun Soo tersenyum kepadanya.
“Oppa kau bisa berbicara, ulangi sekali lagi, ayo” ucap Hana senang “aku akan bersamamu, percaya padaku, selamanya” ucap Yun Soo. Hana mengulangi semua yang diucapkan kakaknya.
Yun Soo tersenyum dan berjalan pergi sambil terus tersenyum kepada Hana. Perlahan-lahan Yun Soo mulai menghilang dan Hana sadar kalau semua yang dilihatnya adalah lamunannya semata. Karena rasa ridu yang sangat mendalam kepada Yun Soo, Hana sampai membayangkan kalau Yun Soo berada disampingnya.
“Oppa, apakah kau disana…. Aku menunggu sangat lama untuk bertemu denganmu, karena aku sangat kesepian” ucap Hana dalam hati. Hana membuka genggaman tangannya, kalung salib yang sempat dibayangkan ada ditangannya sudah tidak ada.
Hana tersadar saat mendengar suara ribut-ribut di dekatnya. Para turis sedang komplain pada pemimpin tour guide kali ini. Hana dengan cepat mendekat dan minta maaf pada semuanya. Namun pemimpin tidak mau memaafkan Hana dan memecatnya.
Hana kembali ke lemari loker dan bermaksud untuk menyimpan sepatu pink kesayangannya. Saat membuka lemari, Hana sangat terkejut saat menemukan sepatu berwarna pink yang sama dengan miliknya. Hana berlari keluar dan melihat ke kanan dan ke kiri, namun hasilnya nihil.
Hana menuju lemari loker di ruang sebelah, samar-samar terdengar suara orang bersiul. Hana tidak memperdulikannya dan mulai mengeluarkan barangnya. Siulan tersebut tidak berhenti dan Hana semakin tertarik untuk mendengarnya. Hana tiba-tiba terkejut dan berlari dengan cepat menuju ruang sebelah namun orang yang bersiul sudah pergi. Siulan yang didengarnya adalah siulan yang sering didengarkan kakaknya untuk Hana.
Hana memakai sepatu baru yang diberikan entah oleh siapa. Hana berjalan tanpa arah dan berhenti di sebuah tempat. Hana melepaskan sepatunya dan berjalan menahan dinginnya malam dan dinginnya jalanan. Hana mengingat ucapan Yun Soo “Jika kaki tidak dingin maka hati yang akan dingin”.
“Ya Oppa, itu benar”. Salju perlahan-lahan mulai turun.
Oppa aku juga mengalaminya, hatiku dingin saat aku tidak bisa pergi, saat aku merindukan ibu, saat aku mengingatmu. Sekarang aku sendirian Oppa, maaf aku tidak mengerti perasaanmu saat itu, sangat kesepian dan sangat terluka. Mengapa saat itu aku tidak memegangmu, apakah aku bodoh?
Hana menyeret kopernya ke dalam Hotel. Hana seperti bermain kucing-kucingan dengan Manager Hotel berkepala botak. Beruntung Hana berhasil meloloskan diri dan tidak tertangkap oleh Manager. Hana tidak mempunyai pilihan lain selain tidur di house keeper store room.
Hana sangat senang menemukan sekaleng mie yang bisa mengganjal perutnya untuk malam ini. Namun sebuah telepon tiba-tiba mengganggunya dan mencegahnya untuk makan. Bahkan sesuap mie pun belum sempat dicicipi Hana.
“aku adalah pemimpin dari regu pelayanan kamar” ucap Hana pada si penelepon “kemarilah sekarang” ucap si penelepon yang tak lain adalah tamu kamar VIP yang sedang ditangani Hana.
Hana berganti pakaian dan segera menemui tamu ViP. Tamu tersebut meminta kepada Hana untuk menyiapkannya makan malam. Hana kemudian bertanya makanan apa yang diinginkannya. Tamu tersebut malah menjawab pesan sesuai keinginanmu. Hana jelas heran namun keinginan tamu lebih penting dari rasa penasarannya.
Sesampainya di dapur Hana bingung ingin memilih menu apa. Akhirnya pilihannya jatuh pada menu special Hotel hari ini.
Hana dengan tergesa-gesa menuju kamar Tamu VIP. Hana meminta maaf atas keterlambatannya namun tamu sudah tidak ada di kamarnya. Telepon di ruangan tersebut tiba-tiba berbunyi.
Ternyata yang menelepon adalah tamu VIP. Hana meminta maaf untuk keterlambatannya namun tamu mengatakan kepada Hana untuk membantunya. Hana salah mengartikan maksud tamu untuk membantunya.
Hana mulai memakan makanan dengan lahap. Hana bahkan sampai lupa meniup sup yang masih panas dan langsung menyeruputnya. Hana menertawai dirinya sendiri.
Makanan diatas meja sudah habis. Hana merasa sangat senang. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku yang sedang terbuka di atas piano. Hana mendekat dan melihat beberapa gambar pohon cemara yang disampingnya berada boneka salju dan makam. Sangat persis dengan makam ayah dan pohon cemara kakaknya.
Hana mengambil dompetnya dan mengeluarkan fotonya bersama ibu, ayah dan Yun Soo. Hana memandangi foto tersebut dan matanya mulai berkaca-kaca.
Telepon kembali berbunyi. Tamu VIP mengabarkan kalau dirinya akan segera kembali dan menyantap makan malamnya. Hana baru saja ingin menjelaskan kalau makanannya sudah habis dimakan olehnya namun Tamu VIP sudah menutup teleponnya.
Hana memutuskan menunggu tamu tersebut dan meminta maaf atas kelancangannya.
Waktu sudah menunjukkan jam 12 malam namun tamu tersebut belum datang juga. Hana yang sudah sangat lelah dan mengantuk akhirnya tertidur di dekat meja makan.
Terlihat seorang pria berpakaian hitam-hitam membuka pintu kamar. Dia mulai mendekati Hana dan duduk di depan Hana yang sedang tertidur. Dia memakai sepatu namun tidak mengenakan kaus kaki dan terlihat sangat riskan.
Pria tersebut memandangi Hana dengan lekat dan matanya mulai berkaca-kaca.

BERSAMBUNG.... ^____^

PREVIEW EPISODE 5....










No comments:

Post a Comment