Yun Soo sekarang duduk di hadapan Hana. Yun Soo memandangi Hana dengan tatapan sedih. Dongsaeng dan Yeoja yang sangat dicintainya sekarang berada di hadapannya. Yun Soo ingin membelai rambut dan wajah Hana namun dia mengurungkan niatnya.
“Hana, ini Oppa, bagaimana keadaanmu selama ini? Kita tidak melihat satu sama lain selama 2 tahun. Aku sekarang disampingmu. Aku selalu mencarimu, jadi tidak perduli kau lelah atau tidak, kumohon jangan menangis. Aku akan berada disisimu selamanya” gumam Yun Soo dan perlahan-lahan air mata menetes di wajahnya.
Hana yang sedang tertidur pulas tanpa sengaja menjatuhkan foto keluarga dari tangannya. Yun Soo memungutnya dan memandangi dirinya dan Hana sewaktu mereka masih bersama. Foto yang pertama kali dibuat sewaktu Yun Soo pertama kali datang ke Jepang dan satu-satunya foto yang Hana miliki bersama Yun Soo, Ibu dan Ayahnya.
“meskipun aku tidak bisa berdiri sebelumnya, aku akan mencarimu dalam diam dan menjadi sebuah pohon yang akan melindungimu selamanya. Hana, Saranghamnida” batin Yun Soo
Keesokan harinya
Hana terbangun dan terkejut saat menyadari hari sudah pagi. Hana melihat sebuah pesan di meja makan
“terima kasih sudah memakan semua ini untukku”dan sebuah kupon makan siang. Hana dengan cepat berlari keluar kamar dan tidak menyadari telah menginjak foto yang sangat disayanginya. Seseorang mengambilnya begitu Hana pergi.
Hana menuruni escalator dengan terburu-buru. Hana tidak memperhatikan dirinya yang terlihat sangat berantakan. Manager berkepala botak menghampiri Hana “Ohayo (selamat pagi), kali ini kau datang darimana?”.
Hana terlihat gugup dan berusaha menjawab dengan cepat “ada keadaan darurat” jawab Hana
“keadaan darurat? Lalu bagaimana dengan pakaianmu? Apa kau sudah membersihkan wajah pagi ini? Nona Hana, aku tidak tahu kenapa kau sangat berani? Apakah karena kau bersama dengan Tuan Ryu?” tanya Manager Berkepala Botak dan tidak menyadari kehadiran Ryu di belakangnya dan sudah cukup lama mendengarnya berkomentar panjang lebar.
Ryu berdehem dan Manager berkepala botak sontak terkejut.
“apa aku melakukan suatu kesalahan?” tanya Ryu
“Tuan Pemilik Hotel? Anda datang pagi sekali” sapa Manager
“aku bermalam disini” jawab Ryu.
Jawaban Ryu mengingatkan Hana tiba-tiba pada tamu VIP, di dalam lemari tamu tersebut banyak terdapat jas berwarna hitam. Apa mungkin Ryulah tamu VIP tersebut? Pikir Hana dalam hati.
Ryu kemudian mengajak Hana untuk sarapan pagi. Hana semula menolak namun Ryu memaksa Hana karena Hana sama sekali belum sarapan.Ryu dan Hana duduk di kursi taman Hotel yang kebetulan menghadap sungai. Suasana pagi itu sangat romantis. Sebuah sandwich sudah disiapkan Ryu untuk Hana.“apa orang tuaku sudah berbicara kepadamu?” tanya Ryu sambil mengunyah sepotong sandwich
Hana mengangguk
“terkadang ini tidak buruk sarapan di pagi hari. Apakah kau bisa mempertimbangkannya lagi? Orang tuaku menyalahkanku setiap hari karena membiarkanmu bekerja seperti ini. Aku tidak bisa memberitahukan kepada mereka kalau aku ditolak olehmu setiap hari” ucap Ryu
“aku minta maaf dan terima kasih” ucap Hana
“aku akan menunggumu” ucap Ryu dan memandangi Hana.
Dari atas jendela sebuah kamar terlihat sosok seorang pria yang sedang memperhatikan mereka dan dia adalah Yun Soo.
Saat Hana sedang bersih-bersih, Mika tiba-tiba datang. Dengan nafas ngos-ngosan Mika memberikan sebuah kartu nama pada Hana. Kartu nama sebuah Klub malam dimana Maya, Sepupu Hana menjadi Bosnya.
Sebuah mobil mewah berwarna merah terlihat berhenti di depan klub Nevato. Seorang wanita turun dari mobil tersebut. “Maya unnie” panggil Hana. Wanita tersebut sedikit terkejut saat melihat Hana.
Hana merasa asing dan tidak nyaman berada di klub malam Nevato. Hana berusaha mendekatkan dirinya ke meja dan berpura-pura mengerjakan sesuatu. Maya menghampiri Hana dan meletakkan segelas minuman di meja. Penampilan Maya sudah sangat berubah di mata Hana. Maya jauh lebih cantik dan terlihat seperti wanita berkelas. Kukunya pun sudah diberi kutex dan di leher Maya terdapat sebuah kalung yang terlihat sangat mahal.
“minumlah” ucap Maya
“tidak, terima kasih” jawab Hana singkat
“kau tidak berubah sama sekali. Apa kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?” tanya Maya dan meletakkan tangannya di dagu.
Hana kesal dengan sikap Maya yang sama sekali tidak merasa bersalah. Maya sekarang berada dalam kemewahan sedangkan dirinya selalu dihantui oleh perasaan ketakutan jika sewaktu-waktu rentenir datang dan menanyakan hutang-hutang kepadanya.
“rumah pemandian air panas dijual olehmu dan Bibi kan?kenapa kau melakukannya?” ucap Hana marah “kau bertanya padaku kenapa? Tidakkah kau tahu siapa ibuku? Tidakkah kau bertanya Kenapa aku tinggal disini sejak masuk universitas Tokyo?” jawab Maya
Hana diajak Maya menemui Bibinya. Bibi Maya terlihat terkejut melihat Hana dan pertanyaan kenapa Bibi sampai menjual spring milik Ibu Hana.
“benar, aku menjualnya, lagipula itu milikku dan Ibumu juga mengatakan hal itu” jawab Bibi Hana berusaha membela diri dan sebenarnya tahu kalau dirinya bersalah.
“tapi kenapa kalian melarikan diri di tengah malam?” tanya Hana lagi. Semua pertanyaan yang selama ini bersarang di benaknya, hari ini harus Hana keluarkan dan Hana harus mendapatkan jawabannya.
“aku merasa dipermalukan tinggal di desa dan itu semua karena kau dan Yun Soo. Aigoo, Oppa kenapa kau pergi begitu cepat?” ucap Bibi Hana dan berpura-pura menangis.
Raut wajah Hana seketika berubah mendengar nama Yun Soo, kakak yang sangat disayanginya disebut oleh Bibinya.
“Bibi, apa kau tidak mempunyai pesan dari ibu dan ayah? Bibi kau pasti tahu dimana ibu? Dimana dia Bibi?” paksa Hana
“aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak tahu” jawab Bibi Hana dan mendorong Hana.
Maya yang melihatnya menarik Ibunya turun ke lantai dua apartemen mereka. Sementara Hana hanya bisa menangis saat mengetahui kenyataan kalau Ibunya sama sekali tidak meninggalkan pesan untuknya dan meninggalkannya seorang diri. “Omma, eodiseo?”
Ibu Maya mulai memarahi Maya karena membawa Hana ke apartemen mereka.
“bukankah dia sangat kasihan, dia menjadi seperti itu karena kita” jawab Maya
“kalau begitu suruh dia pergi secepatnya, aku tidak ingin melihatnya apalagi jika dia tinggal disini” ucap Ibu Maya
“ini rumahku, aku berhak melakukan apapun yang aku suka, jika ibu tidak suka, silahkan pergi” jawab Maya “tidakkah kau ingat saat kita berada di rumahnya” ucap Ibu Maya
“aku tidak akan pernah melupakannya dan akan mengingatnya terus. Hana mungkin melupakannya tapi aku akan membuatnya menjadi ingat kembali, memiliki orang tua yang kaya betapa bagusnya” jawab Maya dengan tatapan penuh benci
“kau benar-benar” ucap Ibu Maya tidak percaya
“kau yang membuatku menjadi seperti ini, aku ingin menjadi seorang mahasiswi dan bukan seorang gadis bar. Kenapa aku harus bersama pria tua itu dan menemaninya sepanjang hidupku” teriak Maya emosi.
Hana sama sekali tidak bisa tidur.
Hana tiba-tiba menyadari sesuatu dan dengan cepat membuka dompetnya. Foto keluarga yang dimilikinya dan satu-satunya kepunyaannya sudah tidak ada. Hana menjadi sedih saat mengingat kalau dia meninggalkan foto tersebut di ruangan tamu VIP dan mungkin foto tersebut sudah tidak ada karena kamar tersebut pasti dibersihkan.
Keesokan harinyaHana mulai mencari ke setiap sudut ruangan, di bawah piano foto keluarga miliknya. Hasilnya nihil. Sebuah amplop merah tersimpan di atas piano dan ditujukan kepada Hana. Hana membukanya dan menemukan sebuah kunci dan secarik kertas berisi pesan “semalam tertinggal disini”.
Hana ragu-ragu membuka loker dengan kunci yang diberikan pemilik kamar VIP, meskipun loker itu adalah loker miliknya. Namun rasa penasaran mengalahkan rasa keraguannya. Hana tersenyum saat menemukan sebuah boneka berwarna pink yang sangat cantik. Samar-samar terdengar suara siulan yang sangat mirip dengan suara siulan kakaknya. Hana melihat ke sekeliling dan sama sekali tidak melihat siapapun. Yang ada hanya beberapa orang yang lalu lalang.
Dari kejauhan Yun Soo memperhatikan Hana. Mata Yun Soo berkaca-kaca saat melihat Hana. Setidaknya boneka berwarna pink yang dihadiahkan kepada Hana, bisa menjadi penghibur dikala Hana sedang sedih.
Hana memperlihatkan boneka yang didapatkannya kepada Mika. Mika penasaran siapa yang memberikan boneka ini kepada Hana dan mulai menebak. Kandidatnya adalah Ryu, Tamu VIP dan orang yang diam-diam mencintai Hana. Mika bingung dengan semua kandidat yang ada di dalam pikirannya. Mika malah balik bertanya siapa kira-kira menurut Hana yang memberikannya boneka. Hana menggeleng pertanda tidak tahu.
Hana menuju lokernya dan terkejut saat kembali menemukan sebuah jas berwarna putih seputih salju. Hana mencobanya dan ukurannya sangat pas dengan Hana. Hana semakin penasaran dengan orang yang memberikannya boneka dan sekarang jas.
Hana bergegas kembali ke Hotel dan menuju kamar tamu VIP. Hana meminta maaf kepada tamu VIP karena sudah terlamat datang. Hana juga ingin mengembalikan jas dan boneka yang di dapat di dalam loker miliknya. Yun Soo hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan Hana dan mendorong Hana keluar. Hana menyesal dan mengutuk dirinya karena sudah terlalu lancang berbicara kepada tamu.
Mika sedang membagikan amplop tugas kepada para Cleaning servis termasuk Hana. Saat Hana membuka amplop, Manager mendatangi Hana dan mengatakan kalau ada seseorang yang sedang menunggunya di Loby. Manager juga memperingatkan Hana agar orang-orang tersebut tidak datang lagi ke Hotel.
Terlihat Ryu sedang duduk di Loby bersama dengan dua orang Pria. “aku akan membayar semua hutang Hana, kalian jangan mengganggunya lagi” ucap Ryu tegas
“terima kasih” ucap salah satu Pria dan menerima amplop yang diberikan Ryu.
Dari kejauhan terlihat Hana yang berlari tergesa-gesa “tunggu dulu” ucap Hana “sungguh minta maaf, tolong kembalikan uang ini kepada Tuan ini” tambah Hana dan merebut amplop.
Ryu berdiri di pintu ruangan kantornya. Hana datang dengan sebuah tas berisi jas mantel berwarna putih dan boneka Pink yang di dapatkannya di dalam loker.
“sungguh terima kasih” ucap Hana dan memberikan tas dan boneka kepada Ryu.
Ryu terdiam sesaat dan memandangi tas dan boneka yang diberikan Hana kepadanya “apa di dalam hatimu ada Pria lain?” tanya Ryu kesal.
Hana sontak terkejut dan tidak menyangka Ryu akan mengatakan hal seperti itu
“aku tidak akan memaafkannya” tambah Ryu dan meninggalkan Hana seorang diri dengan sejuta pertanyaan di kepalanya (siapa yang menghadiahkannya semua ini).
Malam harinya Hana mendatangi klub milik Maya. Hana ingin mengucapkan terima kasih karena Maya sudah membayar semua hutang Hana. Maya tersenyum. Maya kemudian memberikan sebuah kertas berisi perjanjian antara Hana dan Maya, karena Maya tidak membayar hutang Hana secara Cuma-Cuma. Maya menyuruh Hana untuk bekerja di klub miliknya, bernyanyi sambil bermain piano. Raut wajah Hana seketika berubah saat mendengar perkataan Maya. Bagi Hana, bekerja di Hotel jauh lebih baik baginya.
Hana mulai memainkan tuts-tuts piano. Maya dari dalam sebuah ruangan kaca memperhatikan Hana. Maya terus saja tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengerjai Hana. Seorang pria setengah baya mendekati Hana. Hana tidak memperdulikannya dan berusaha berkonsentrasi dengan apa yang sedang dikerjakannya.
Hana memberontak saat Pria tersebut ingin bertindak kurang ajar pada dirinya. Hana kemudian berlari ke luar klub namun pria tersebut masih mengejarnya. Beberapa orang tiba-tiba muncul dan menarik si pria menjauh dari keramaian. Hana berhenti berlari saat menyadari kalau pria tersebut tidak lagi mengejarnya. Hana mulai menangis dan kembali berlari.
Sementara itu dari kejauhan, Yun Soo memperhatikan Hana. Yun Soo merasa sedih melihat keadaan Hana “kenapa Hana bisa ada disini?” tanya Yun Soo pada pria berpakaian hitam yang berdiri tepat disampingnya “Maya bekerja di sini. Maya sudah membayar semua hutang Hana” jawabnya
“aku akan ke sana, aku tidak akan membiarkan Hana berada dalam bahaya, aku akan melindunginya secara sembunyi-sembunyi, anak itu mungkin akan mencelakakan Hana. Aku akan berpura-pura untuk tidak mengenali Hana” ucap Yun Soo.
Sementara Pria yang ingin berbuat kurang ajar terhadap Hana terduduk lesu di tanah, di hadapannya ada Yun Soo sedangkan di kanan dan kirinya ada pria berbaju hitam-hitam.
Yun Soo masuk ke dalam mobil. Semua pria yang berpakaian hitam-hitam memberi hormat padanya.
Di dalam Bus
Hana merasa risih saat semua orang terus saja memperhatikannya. Hana berusaha melindungi tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian yang terbilang sedikit terbuka. Hana tiba-tiba terkejut saat melihat seseorang berpakaian hitam berdiri di bawah pohon tempat dimana Yun Soo berbicara untuk pertama kalinya.
“Oppa, aku ingin bertemu denganmu walaupun hanya sekali” gumam Hana sedih dan menyandarkan kepalanya di jendela Bus. Air mata kembali membasahi pipinya.
Keesokan harinya
Hana membersihkan kamar tamu VIP. Hana kembali teringat pada sosok pria yang dilihatnya di taman ketika melihat pakaian tamu VIP yang serba hitam-hitam dan mulai membandingkannya dengan sosok Ryu. Hana menjadi bingung, apa pria yang dilihatnya di taman adalah Ryu atau bukan.
Saat Hana membersihkan peralatan mandi yang berantakan di wastafel, sebuah kalung tanpa sengaja dijatuhkan Hana. Hana terkejut saat melihat kalung tersebut. Kalung berbentuk salib yang sangat mirip dengan punya Yun Soo.
Hana bergegas membuka laci di samping tempat tidur. Hana kembali terkejut saat mendapati lukisan dirinya yang sangat banyak di dalam buku. Hana mengingat pertemuannya pertama kali dengan tamu VIP, gambar sebuah makam yang di letakkan di atas piano, hadiah-hadiah misterius dalam lokernya dan suara tamu VIP. “Yun Soo Oppa” gumam Hana histeris.
Hana mulai mengacak-ngacak isi lemari Yun Soo dan semakin histeris saat tidak menemukan apa-apa. “aku ingin mengecek nama tamu VIP, tolong beritahukan padaku” teriak Hana pada resepsionist di telepon. Hana dengan cepat berlari ke lantai dasar untuk menemui resepsionist, namun tanpa sengaja dirinya melihat sosok seorang pria yang hendak naik escalator. Hana berusaha mengejar pria tersebut namun pria tersebut tiba-tiba saja menghilang.
Hana kembali ke kamar tamu VIP dan menemukan sosok seorang pria yang berdiri membelakanginya. “Yun Soo Oppa” teriak Hana histeris dan memeluk Pria tersebut. Pria tersebut melepaskan genggaman tangan Hana dan berbalik menghadap Hana. “kau?” tanya Pria tersebut melihat pakaiannya berserakan di lantai. Hana sontak terkejut dan berusaha meminta maaf pada Pria berkacamata yang berdiri di hadapannya “maaf, tolong maafkan aku, aku mengira anda adalah kakakku” ucap Hana hingga berulang kali. “ini milikmu” ucap Pria berkacamata dan mengembalikan foto keluarga milik Hana “kamsahamnida” ucap Hana dan mengembalikan kalung salib yang ditemukannya. Pria tersebut tersenyum dan menepuk bahu Hana.
Hana mengambil buku milik Pria berkacamata dan menunjukkan gambar sebuah makam dan pohon cemara. “ini, apa anda yang menggambarnya?” tanya Hana dengan terisak-isak. Pria berkacamata menutup buku dan mengambilnya dari tangan Hana. Pria berkacamata kemudian masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Hana yang terduduk lemas di lantai saat mengetahui kalau Pria berkacamata bukanlah Yun Soo, kakak yang selama ini selalu di rindukannya.
Pria berkacamata melepaskan kacamatanya. Dia ternyata adalah pria yang selalu bersama dengan Yun Soo. Pria tersebut terlihat sedih melihat kondisi Hana.
“sampai kapan anda akan seperti ini?”
“kita tidak tahu kapan kita akan mati, aku disampingnya adalah hal yang sangat berbahaya. Tapi satu hal, aku akan melindungi Hana” jawab Yun Soo tegas
Oppa sudah dua tahun. Setelah kepergian kakak, aku sangat takut kita tidak akan pernah bertemu lagi. Akhir-akhir ini, aku merasa kakak selalu berada disampingku walau aku tidak pernah melihatmu. Hal yang paling menakutkan adalah aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku kembali ke tempat ini untuk mengenang masa lalu kita. Oppa kau dimana?
Hana kembali ke kampung halamannya. Tempat yang pertama dikunjunginya adalah tempat permandian air panas sekaligus penginapan. Tempat dimana Hana dan Yun Soo menghabiskan masa remajanya bersama-sama. Tempat dimana terdapat banyak kenangan antara dirinya, ibu dan ayahnya.
Kali ini Hana datang sebagai tamu dan bukan sebagai pemilik. Karena ulah Bibi dan Maya, Hana harus rela kehilangan satu-satunya tempat yang sangat berharga dalam hidupnya.Hana memandangi sebuah pohon besar di hadapannya. Kenangan dirinya dan Yun Soo kembali terngiang di ingatannya.
Hana masuk ke dalam penginapan dan disambut baik oleh pemilik penginapan. Ahjumma pemilik penginapan ingin mengantar Hana ke kamar, namun Hana menolak. “gwaencahanaeyo, aku dulu pernah tinggal disini” jawab Hana tersenyum.Hana memandangi seisi penginapan. Tidak ada yang berubah, semuanya masih tetap sama seperti dulu.Hana kemudian menuju sebuah ruangan yang berisi barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Ruangan tersebut dulunya adalah kamar Yun Soo. Hana melihat sebuah kertas yang sudah disobek, namun gambar di kertas tersebut masih utuh. Hana memandangi gambar dirinya yang dulu digambar oleh Yun Soo sewaktu Hana tanpa sengaja tertidur di kamar Yun Soo.
Sebuah bunyi gerusuh mengagetkan Hana. Hana bergegas keluar dari ruangan dan menuju sumber bunyi, namun sama sekali tidak ada siapa-siapa.Hana menuju ke kamar yang pernah ditempatinya bersama Maya. Kamar penuh kenangan. Kamar dimana Yun Soo mencium kening Hana melalui jendela kaca. Hana perlahan-lahan menutup mata dan menyandarkan kepalanya ke jendela. Hana bisa merasakan saat-saat itu lagi.
Oppa, aku ingin sekali bertemu denganmu lagi, walaupun hanya sekali
Hana perlahan-lahan membuka mata dan melihat hujan salju di balik jendela kamar. Hana tidak menyadari kalau Yun Soo sekarang berdiri di sampingnya. Berdiri di balik jendela kamar Hana seperti yang pernah dilakukannya dahulu.
“Mianhae Hana, aku akan selamanya disisimu dan akan selalu menjagamu” batin Yun Soo.
Hana mengendarai sepeda ke tempat dimana dulu dia bersekolah. Dari kejauhan terlihat Mika memanggil Hana dan berteriak senang karena mereka bisa kembali.
Hana tiba-tiba menghentikan sepedanya ketika menyadari sosok seorang pria yang berdiri di balik pohon. “kenapa, ada apa?” tanya Mika heran dan menghalangi pandangan Hana. Hana tidak menjawab dan berusaha melihat sosok Pria yang berpakaian hitam dan mengenakan topi “ada apa? Ayo pergi” ajak Mika dan menarik tangan Hana.Pria yang dilihat Hana adalah Yun Soo, yang selalu mengikuti dan selalu akan berada disamping Hana.
Hana dan Mika berdiri di hamparan salju di depan sekolah mereka. “ah, senangnya, seperti merasa kalau Yun Soo Oppa ada disini” ucap Hana senang. Mika berusaha menggoda Hana dan membuat Hana tertawa.
“Hana, aku mencintaimu”. Ucapan Yun Soo tiba-tiba berkelebat di pikiran Hana. Hana melepaskan sepatunya dan berlari di hamparan salju.
“Jika kaki tidak dingin, maka hati yang akan dingin”.
Hana tersenyum karena bisa melihat lagi makam ayahnya dan pohon cemara milik kakaknya. “Oppa, apa kau baik-baik saja?” gumam Hana.Pohon yang dulu tingginya tidak mencapai bahu Hana, sekarang sudah tumbuh menjulang tinggi. Raut wajah Hana menjadi sedih. Hana berbalik dan menemukan boneka salju yang pernah dibuatnya bersama Yun Soo masih berada disana dan seolah-olah tersenyum kepadanya.
“Yun Soo Oppa kau disini?”
“ya, aku disini”“2 tahun”
“ya, 2 tahun”
“aku bodoh, mengapa tak tahu? Oppa pergi jauh dariku dan aku sama sekali tidak tahu”
“mianhae, aku tidak bisa muncul di depanmu”
Hana terkejut saat melihat kalung salib milik Yun Soo tergantung di Pohon cemara. Hana berusaha menggapai kalung tersebut. “Oppa” gumam Hana sedih dan memakai kalung salib milik kakaknya.
“kau bilang akan selamanya bersamaku kan, kau tidak lupa hal itu kan? Sekarang, Oppa harus menjagaku dan aku yakin Oppa ada di suatu tempat dan menjagaku”
“benar, aku sekarang disini”
Hana memandangi pohon cemara kakaknya dengan sedih. “Oppa, sampai jumpa, aku akan datang lagi”.
“Walau tak bisa melihat Oppa, tapi aku percaya kalau Oppa selalu ada disampingku”
“aku disampingmu”
“seperti dulu, sekarang juga, nanti dan selamanya”
“aku berada disampingmu sekarang, nanti dan selamanya”
Hana merasa aneh melihat para karyawan klub milik Maya berkumpul. Hana pun bertanya pada salah satu dari mereka “ada apa?” tanya Hana heran “ada beberapa orang yang berbeda akan datang hari ini, seseorang bernama Yuki dan Maya sangat siaga”. Hana merasa aneh dengan nama yang disebut. “Yuki” gumam Hana.
Hana kembali ke tempat dimana dia seharusnya dia berada yaitu piano. Hana tiba-tiba teringat dengan kakaknya dan berkali-kali menyebut nama Yun Soo sambil menggenggam kalung salibnya.
Beberapa mobil terlihat berhenti di depan klub malam milik Maya. Dari mobil berwarna putih turun seorang pria yang tampak tidak mengenakan kaus kaki dan para pria lainnya terlihat memberi hormat kepadanya. Pria tersebut kemudian masuk ke klub malam dan para karyawan klub kembali memberi hormat kepadanya. Hana terlihat sangat penasaran dengan kerumunan orang yang berkumpul di depan pintu. Rasa penasaran Hana akhirnya terjawab sudah saat melihat seorang pria dengan potongan rambut cepak berjalan kemudian memberi hormat kepada seorang pria paruh baya. “Yuki, senang sekali kau mau datang hari ini”.
Tatapan Hana tidak berpaling dari pria yang bernama Yuki. Maya pun tak kalah terkejutnya dengan Hana saat melihat wajah Yuki sangat mirip dengan Yun soo. “Oppa, Yun Soo Oppa” gumam Hana sedih kemudian berlari ke arah Yun Soo yang saat itu sedang duduk bersama dengan Maya dan beberapa pria lainnya. “Yun Soo Oppa, Oppa” rengek Hana dan memegang baju Yuki kuat. Yuki menatap sekilas ke arah Hana kemudian menarik bajunya yang dipegang Hana. “kau sudah membuat kesalahan, pergilah” ucap Yuki dalam bahasa Jepang. Hana sontak terkejut mendengar apa yang dikatakan Yuki, karena yang ditahunya Yun Soo sama sekali tidak pandai berbahasa Jepang dan Yun Soo tidak mungkin mengabaikannya, apalagi setelah perpisahan mereka selama 2 tahun.Hana kemudian diseret pergi. Teriakan Hana masih terdengar namun Yuki sama sekali tidak perduli.
“Yuki, aku tidak menyangka kau akan datang hari ini. Aku tahu kau sangat tidak menyukai tempat ini. Aku sangat senang karena kau bisa kembali lagi. Maya, jagalah dia dengan baik, dia anakku” ucap Pria paruh baya pada Yuki dan Maya. Maya tersenyum “apakah kau mengenalku, maaf, aku merasa kau seperti orang yang kukenal” ucap Maya pada Yuki. Yuki hanya tersenyum tipis.
Maya mendekati Hana yang saat itu masih sedih. “kenapa kau tidak bermain piano?” tanya Maya “bukankah dia Yun Soo Oppa?” tanya Hana “bagaimana dia bisa berubah dalam waktu 2 tahun? Sekarang lebih baik kamu bangun dari mimpi-mimpimu” ucap Maya tegas.
Hana berdiri di depan klub malam. Satu keinginan Hana saat ini yaitu mencegat Yuki dan menanyakan tentang dirinya. Angin malam kota Tokyo tak menyurutkan niat Hana.Penantian Hana akhirnya tercapai.
Yuki keluar dari klub dan bersiap-siap pergi. Hana berusaha menahan Yuki namun Yuki melepaskan genggaman Hana.
“Oppa” panggil Hana saat Yuki masuk ke dalam mobil
“Oppa, Oppa, Oppa, Oppa, Oppa” panggil Hana berulang kali dan mengejar mobil Yuki yang mulai berjalan dan perlahan-lahan mulai menjauh.
‘Bos, apakah itu tidak masalah?” tanya Anak buah Yuki di dalam mobil
“aku tidak ingin melihatnya stress” jawab Yuki
“bukankah kamu juga merasakan hal yang sama?”
“ya, aku juga merasakannya, aku sakit sekarang, aku merasa tidak bisa meninggalkan Hana sendirian. Jika aku bertemu dengan Hana sekarang, aku takut tidak bisa menghentikan diriku sendiri. Aku takut kalau aku marah, aku tidak percaya pada diriku sendiri”
“aku tidak bisa berpisah dengan wanita yang kucintai, hentikan sekarang”.
Hana masih terus berlari hingga langkahnya terhenti di bawah pohon tempat kesayangannya.
“Oppa, bukankah itu kamu? Mengapa kau tidak tersenyum kepadaku? Oppa, kau tidak mati kan? Oppa, Oppa” teriak Hana histeris.
Sebuah siulan meredam teriakan Hana.
Siulan yang selama ini selalu dirindukannya. Hana berbalik dan Yun Soo sudah berdiri di belakangnya. Hana berdiri mematung melihat Yun Soo. Yun Soo tersenyum dan merentangkan ke dua tangannya “Hana” panggil Yun Soo. Hana berjalan perlahan-lahan mendekati Yun Soo. Langkahnya gontai, saat seperti inilah yang selalu ditunggunya.
“Hana, ini Oppa, bagaimana keadaanmu selama ini? Kita tidak melihat satu sama lain selama 2 tahun. Aku sekarang disampingmu. Aku selalu mencarimu, jadi tidak perduli kau lelah atau tidak, kumohon jangan menangis. Aku akan berada disisimu selamanya” gumam Yun Soo dan perlahan-lahan air mata menetes di wajahnya.
Hana yang sedang tertidur pulas tanpa sengaja menjatuhkan foto keluarga dari tangannya. Yun Soo memungutnya dan memandangi dirinya dan Hana sewaktu mereka masih bersama. Foto yang pertama kali dibuat sewaktu Yun Soo pertama kali datang ke Jepang dan satu-satunya foto yang Hana miliki bersama Yun Soo, Ibu dan Ayahnya.
“meskipun aku tidak bisa berdiri sebelumnya, aku akan mencarimu dalam diam dan menjadi sebuah pohon yang akan melindungimu selamanya. Hana, Saranghamnida” batin Yun Soo
Keesokan harinya
Hana terbangun dan terkejut saat menyadari hari sudah pagi. Hana melihat sebuah pesan di meja makan
“terima kasih sudah memakan semua ini untukku”dan sebuah kupon makan siang. Hana dengan cepat berlari keluar kamar dan tidak menyadari telah menginjak foto yang sangat disayanginya. Seseorang mengambilnya begitu Hana pergi.
Hana menuruni escalator dengan terburu-buru. Hana tidak memperhatikan dirinya yang terlihat sangat berantakan. Manager berkepala botak menghampiri Hana “Ohayo (selamat pagi), kali ini kau datang darimana?”.
Hana terlihat gugup dan berusaha menjawab dengan cepat “ada keadaan darurat” jawab Hana
“keadaan darurat? Lalu bagaimana dengan pakaianmu? Apa kau sudah membersihkan wajah pagi ini? Nona Hana, aku tidak tahu kenapa kau sangat berani? Apakah karena kau bersama dengan Tuan Ryu?” tanya Manager Berkepala Botak dan tidak menyadari kehadiran Ryu di belakangnya dan sudah cukup lama mendengarnya berkomentar panjang lebar.
Ryu berdehem dan Manager berkepala botak sontak terkejut.
“apa aku melakukan suatu kesalahan?” tanya Ryu
“Tuan Pemilik Hotel? Anda datang pagi sekali” sapa Manager
“aku bermalam disini” jawab Ryu.
Jawaban Ryu mengingatkan Hana tiba-tiba pada tamu VIP, di dalam lemari tamu tersebut banyak terdapat jas berwarna hitam. Apa mungkin Ryulah tamu VIP tersebut? Pikir Hana dalam hati.
Ryu kemudian mengajak Hana untuk sarapan pagi. Hana semula menolak namun Ryu memaksa Hana karena Hana sama sekali belum sarapan.Ryu dan Hana duduk di kursi taman Hotel yang kebetulan menghadap sungai. Suasana pagi itu sangat romantis. Sebuah sandwich sudah disiapkan Ryu untuk Hana.“apa orang tuaku sudah berbicara kepadamu?” tanya Ryu sambil mengunyah sepotong sandwich
Hana mengangguk
“terkadang ini tidak buruk sarapan di pagi hari. Apakah kau bisa mempertimbangkannya lagi? Orang tuaku menyalahkanku setiap hari karena membiarkanmu bekerja seperti ini. Aku tidak bisa memberitahukan kepada mereka kalau aku ditolak olehmu setiap hari” ucap Ryu
“aku minta maaf dan terima kasih” ucap Hana
“aku akan menunggumu” ucap Ryu dan memandangi Hana.
Dari atas jendela sebuah kamar terlihat sosok seorang pria yang sedang memperhatikan mereka dan dia adalah Yun Soo.
Saat Hana sedang bersih-bersih, Mika tiba-tiba datang. Dengan nafas ngos-ngosan Mika memberikan sebuah kartu nama pada Hana. Kartu nama sebuah Klub malam dimana Maya, Sepupu Hana menjadi Bosnya.
Sebuah mobil mewah berwarna merah terlihat berhenti di depan klub Nevato. Seorang wanita turun dari mobil tersebut. “Maya unnie” panggil Hana. Wanita tersebut sedikit terkejut saat melihat Hana.
Hana merasa asing dan tidak nyaman berada di klub malam Nevato. Hana berusaha mendekatkan dirinya ke meja dan berpura-pura mengerjakan sesuatu. Maya menghampiri Hana dan meletakkan segelas minuman di meja. Penampilan Maya sudah sangat berubah di mata Hana. Maya jauh lebih cantik dan terlihat seperti wanita berkelas. Kukunya pun sudah diberi kutex dan di leher Maya terdapat sebuah kalung yang terlihat sangat mahal.
“minumlah” ucap Maya
“tidak, terima kasih” jawab Hana singkat
“kau tidak berubah sama sekali. Apa kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?” tanya Maya dan meletakkan tangannya di dagu.
Hana kesal dengan sikap Maya yang sama sekali tidak merasa bersalah. Maya sekarang berada dalam kemewahan sedangkan dirinya selalu dihantui oleh perasaan ketakutan jika sewaktu-waktu rentenir datang dan menanyakan hutang-hutang kepadanya.
“rumah pemandian air panas dijual olehmu dan Bibi kan?kenapa kau melakukannya?” ucap Hana marah “kau bertanya padaku kenapa? Tidakkah kau tahu siapa ibuku? Tidakkah kau bertanya Kenapa aku tinggal disini sejak masuk universitas Tokyo?” jawab Maya
Hana diajak Maya menemui Bibinya. Bibi Maya terlihat terkejut melihat Hana dan pertanyaan kenapa Bibi sampai menjual spring milik Ibu Hana.
“benar, aku menjualnya, lagipula itu milikku dan Ibumu juga mengatakan hal itu” jawab Bibi Hana berusaha membela diri dan sebenarnya tahu kalau dirinya bersalah.
“tapi kenapa kalian melarikan diri di tengah malam?” tanya Hana lagi. Semua pertanyaan yang selama ini bersarang di benaknya, hari ini harus Hana keluarkan dan Hana harus mendapatkan jawabannya.
“aku merasa dipermalukan tinggal di desa dan itu semua karena kau dan Yun Soo. Aigoo, Oppa kenapa kau pergi begitu cepat?” ucap Bibi Hana dan berpura-pura menangis.
Raut wajah Hana seketika berubah mendengar nama Yun Soo, kakak yang sangat disayanginya disebut oleh Bibinya.
“Bibi, apa kau tidak mempunyai pesan dari ibu dan ayah? Bibi kau pasti tahu dimana ibu? Dimana dia Bibi?” paksa Hana
“aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak tahu” jawab Bibi Hana dan mendorong Hana.
Maya yang melihatnya menarik Ibunya turun ke lantai dua apartemen mereka. Sementara Hana hanya bisa menangis saat mengetahui kenyataan kalau Ibunya sama sekali tidak meninggalkan pesan untuknya dan meninggalkannya seorang diri. “Omma, eodiseo?”
Ibu Maya mulai memarahi Maya karena membawa Hana ke apartemen mereka.
“bukankah dia sangat kasihan, dia menjadi seperti itu karena kita” jawab Maya
“kalau begitu suruh dia pergi secepatnya, aku tidak ingin melihatnya apalagi jika dia tinggal disini” ucap Ibu Maya
“ini rumahku, aku berhak melakukan apapun yang aku suka, jika ibu tidak suka, silahkan pergi” jawab Maya “tidakkah kau ingat saat kita berada di rumahnya” ucap Ibu Maya
“aku tidak akan pernah melupakannya dan akan mengingatnya terus. Hana mungkin melupakannya tapi aku akan membuatnya menjadi ingat kembali, memiliki orang tua yang kaya betapa bagusnya” jawab Maya dengan tatapan penuh benci
“kau benar-benar” ucap Ibu Maya tidak percaya
“kau yang membuatku menjadi seperti ini, aku ingin menjadi seorang mahasiswi dan bukan seorang gadis bar. Kenapa aku harus bersama pria tua itu dan menemaninya sepanjang hidupku” teriak Maya emosi.
Maya meninggalkan ibunya dan kembali naik ke lantai atas melihat keadaan Hana. Wajahnya yang semula penuh kebencian berubah tersenyum.
“kau boleh pergi besok pagi, oh ya dimana Yun Soo Oppa?” tanya Maya pada Hana.
Hana terdiam sesaat dan kemudian menggeleng pertanda kalau dia juga tidak mengetahui keberadaan kakaknya.
“kau hidup sangat keras disini, dimana rumahmu?” tanya Maya lagi
“aku mencari sebuah rumah”
“jika kau mau, kau boleh tinggal disini, bukankah itu jauh lebih baik? Besok bawa kopermu kesini. Kau pasti lelah, beristirahatlah dulu” ucap Maya dan tersenyum semanis mungkin.
“gumawo unnie” jawab Hana dan sama sekali tidak menyadari kalau Maya merencanakan sesuatu untuknya
Maya dengan tatapan kesal memandangi Hana dari tempat tidurnya.Hana sama sekali tidak bisa tidur.
Hana tiba-tiba menyadari sesuatu dan dengan cepat membuka dompetnya. Foto keluarga yang dimilikinya dan satu-satunya kepunyaannya sudah tidak ada. Hana menjadi sedih saat mengingat kalau dia meninggalkan foto tersebut di ruangan tamu VIP dan mungkin foto tersebut sudah tidak ada karena kamar tersebut pasti dibersihkan.
Keesokan harinyaHana mulai mencari ke setiap sudut ruangan, di bawah piano foto keluarga miliknya. Hasilnya nihil. Sebuah amplop merah tersimpan di atas piano dan ditujukan kepada Hana. Hana membukanya dan menemukan sebuah kunci dan secarik kertas berisi pesan “semalam tertinggal disini”.
Hana ragu-ragu membuka loker dengan kunci yang diberikan pemilik kamar VIP, meskipun loker itu adalah loker miliknya. Namun rasa penasaran mengalahkan rasa keraguannya. Hana tersenyum saat menemukan sebuah boneka berwarna pink yang sangat cantik. Samar-samar terdengar suara siulan yang sangat mirip dengan suara siulan kakaknya. Hana melihat ke sekeliling dan sama sekali tidak melihat siapapun. Yang ada hanya beberapa orang yang lalu lalang.
Dari kejauhan Yun Soo memperhatikan Hana. Mata Yun Soo berkaca-kaca saat melihat Hana. Setidaknya boneka berwarna pink yang dihadiahkan kepada Hana, bisa menjadi penghibur dikala Hana sedang sedih.
Hana memperlihatkan boneka yang didapatkannya kepada Mika. Mika penasaran siapa yang memberikan boneka ini kepada Hana dan mulai menebak. Kandidatnya adalah Ryu, Tamu VIP dan orang yang diam-diam mencintai Hana. Mika bingung dengan semua kandidat yang ada di dalam pikirannya. Mika malah balik bertanya siapa kira-kira menurut Hana yang memberikannya boneka. Hana menggeleng pertanda tidak tahu.
Hana menuju lokernya dan terkejut saat kembali menemukan sebuah jas berwarna putih seputih salju. Hana mencobanya dan ukurannya sangat pas dengan Hana. Hana semakin penasaran dengan orang yang memberikannya boneka dan sekarang jas.
Hana bergegas kembali ke Hotel dan menuju kamar tamu VIP. Hana meminta maaf kepada tamu VIP karena sudah terlamat datang. Hana juga ingin mengembalikan jas dan boneka yang di dapat di dalam loker miliknya. Yun Soo hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan Hana dan mendorong Hana keluar. Hana menyesal dan mengutuk dirinya karena sudah terlalu lancang berbicara kepada tamu.
Mika sedang membagikan amplop tugas kepada para Cleaning servis termasuk Hana. Saat Hana membuka amplop, Manager mendatangi Hana dan mengatakan kalau ada seseorang yang sedang menunggunya di Loby. Manager juga memperingatkan Hana agar orang-orang tersebut tidak datang lagi ke Hotel.
Terlihat Ryu sedang duduk di Loby bersama dengan dua orang Pria. “aku akan membayar semua hutang Hana, kalian jangan mengganggunya lagi” ucap Ryu tegas
“terima kasih” ucap salah satu Pria dan menerima amplop yang diberikan Ryu.
Dari kejauhan terlihat Hana yang berlari tergesa-gesa “tunggu dulu” ucap Hana “sungguh minta maaf, tolong kembalikan uang ini kepada Tuan ini” tambah Hana dan merebut amplop.
Ryu berdiri di pintu ruangan kantornya. Hana datang dengan sebuah tas berisi jas mantel berwarna putih dan boneka Pink yang di dapatkannya di dalam loker.
“sungguh terima kasih” ucap Hana dan memberikan tas dan boneka kepada Ryu.
Ryu terdiam sesaat dan memandangi tas dan boneka yang diberikan Hana kepadanya “apa di dalam hatimu ada Pria lain?” tanya Ryu kesal.
Hana sontak terkejut dan tidak menyangka Ryu akan mengatakan hal seperti itu
“aku tidak akan memaafkannya” tambah Ryu dan meninggalkan Hana seorang diri dengan sejuta pertanyaan di kepalanya (siapa yang menghadiahkannya semua ini).
Malam harinya Hana mendatangi klub milik Maya. Hana ingin mengucapkan terima kasih karena Maya sudah membayar semua hutang Hana. Maya tersenyum. Maya kemudian memberikan sebuah kertas berisi perjanjian antara Hana dan Maya, karena Maya tidak membayar hutang Hana secara Cuma-Cuma. Maya menyuruh Hana untuk bekerja di klub miliknya, bernyanyi sambil bermain piano. Raut wajah Hana seketika berubah saat mendengar perkataan Maya. Bagi Hana, bekerja di Hotel jauh lebih baik baginya.
Hana mulai memainkan tuts-tuts piano. Maya dari dalam sebuah ruangan kaca memperhatikan Hana. Maya terus saja tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengerjai Hana. Seorang pria setengah baya mendekati Hana. Hana tidak memperdulikannya dan berusaha berkonsentrasi dengan apa yang sedang dikerjakannya.
Hana memberontak saat Pria tersebut ingin bertindak kurang ajar pada dirinya. Hana kemudian berlari ke luar klub namun pria tersebut masih mengejarnya. Beberapa orang tiba-tiba muncul dan menarik si pria menjauh dari keramaian. Hana berhenti berlari saat menyadari kalau pria tersebut tidak lagi mengejarnya. Hana mulai menangis dan kembali berlari.
Sementara itu dari kejauhan, Yun Soo memperhatikan Hana. Yun Soo merasa sedih melihat keadaan Hana “kenapa Hana bisa ada disini?” tanya Yun Soo pada pria berpakaian hitam yang berdiri tepat disampingnya “Maya bekerja di sini. Maya sudah membayar semua hutang Hana” jawabnya
“aku akan ke sana, aku tidak akan membiarkan Hana berada dalam bahaya, aku akan melindunginya secara sembunyi-sembunyi, anak itu mungkin akan mencelakakan Hana. Aku akan berpura-pura untuk tidak mengenali Hana” ucap Yun Soo.
Sementara Pria yang ingin berbuat kurang ajar terhadap Hana terduduk lesu di tanah, di hadapannya ada Yun Soo sedangkan di kanan dan kirinya ada pria berbaju hitam-hitam.
Yun Soo masuk ke dalam mobil. Semua pria yang berpakaian hitam-hitam memberi hormat padanya.
Di dalam Bus
Hana merasa risih saat semua orang terus saja memperhatikannya. Hana berusaha melindungi tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian yang terbilang sedikit terbuka. Hana tiba-tiba terkejut saat melihat seseorang berpakaian hitam berdiri di bawah pohon tempat dimana Yun Soo berbicara untuk pertama kalinya.
“Oppa, aku ingin bertemu denganmu walaupun hanya sekali” gumam Hana sedih dan menyandarkan kepalanya di jendela Bus. Air mata kembali membasahi pipinya.
Keesokan harinya
Hana membersihkan kamar tamu VIP. Hana kembali teringat pada sosok pria yang dilihatnya di taman ketika melihat pakaian tamu VIP yang serba hitam-hitam dan mulai membandingkannya dengan sosok Ryu. Hana menjadi bingung, apa pria yang dilihatnya di taman adalah Ryu atau bukan.
Saat Hana membersihkan peralatan mandi yang berantakan di wastafel, sebuah kalung tanpa sengaja dijatuhkan Hana. Hana terkejut saat melihat kalung tersebut. Kalung berbentuk salib yang sangat mirip dengan punya Yun Soo.
Hana bergegas membuka laci di samping tempat tidur. Hana kembali terkejut saat mendapati lukisan dirinya yang sangat banyak di dalam buku. Hana mengingat pertemuannya pertama kali dengan tamu VIP, gambar sebuah makam yang di letakkan di atas piano, hadiah-hadiah misterius dalam lokernya dan suara tamu VIP. “Yun Soo Oppa” gumam Hana histeris.
Hana mulai mengacak-ngacak isi lemari Yun Soo dan semakin histeris saat tidak menemukan apa-apa. “aku ingin mengecek nama tamu VIP, tolong beritahukan padaku” teriak Hana pada resepsionist di telepon. Hana dengan cepat berlari ke lantai dasar untuk menemui resepsionist, namun tanpa sengaja dirinya melihat sosok seorang pria yang hendak naik escalator. Hana berusaha mengejar pria tersebut namun pria tersebut tiba-tiba saja menghilang.
Hana kembali ke kamar tamu VIP dan menemukan sosok seorang pria yang berdiri membelakanginya. “Yun Soo Oppa” teriak Hana histeris dan memeluk Pria tersebut. Pria tersebut melepaskan genggaman tangan Hana dan berbalik menghadap Hana. “kau?” tanya Pria tersebut melihat pakaiannya berserakan di lantai. Hana sontak terkejut dan berusaha meminta maaf pada Pria berkacamata yang berdiri di hadapannya “maaf, tolong maafkan aku, aku mengira anda adalah kakakku” ucap Hana hingga berulang kali. “ini milikmu” ucap Pria berkacamata dan mengembalikan foto keluarga milik Hana “kamsahamnida” ucap Hana dan mengembalikan kalung salib yang ditemukannya. Pria tersebut tersenyum dan menepuk bahu Hana.
Hana mengambil buku milik Pria berkacamata dan menunjukkan gambar sebuah makam dan pohon cemara. “ini, apa anda yang menggambarnya?” tanya Hana dengan terisak-isak. Pria berkacamata menutup buku dan mengambilnya dari tangan Hana. Pria berkacamata kemudian masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Hana yang terduduk lemas di lantai saat mengetahui kalau Pria berkacamata bukanlah Yun Soo, kakak yang selama ini selalu di rindukannya.
Pria berkacamata melepaskan kacamatanya. Dia ternyata adalah pria yang selalu bersama dengan Yun Soo. Pria tersebut terlihat sedih melihat kondisi Hana.
“sampai kapan anda akan seperti ini?”
“kita tidak tahu kapan kita akan mati, aku disampingnya adalah hal yang sangat berbahaya. Tapi satu hal, aku akan melindungi Hana” jawab Yun Soo tegas
Oppa sudah dua tahun. Setelah kepergian kakak, aku sangat takut kita tidak akan pernah bertemu lagi. Akhir-akhir ini, aku merasa kakak selalu berada disampingku walau aku tidak pernah melihatmu. Hal yang paling menakutkan adalah aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku kembali ke tempat ini untuk mengenang masa lalu kita. Oppa kau dimana?
Hana kembali ke kampung halamannya. Tempat yang pertama dikunjunginya adalah tempat permandian air panas sekaligus penginapan. Tempat dimana Hana dan Yun Soo menghabiskan masa remajanya bersama-sama. Tempat dimana terdapat banyak kenangan antara dirinya, ibu dan ayahnya.
Kali ini Hana datang sebagai tamu dan bukan sebagai pemilik. Karena ulah Bibi dan Maya, Hana harus rela kehilangan satu-satunya tempat yang sangat berharga dalam hidupnya.Hana memandangi sebuah pohon besar di hadapannya. Kenangan dirinya dan Yun Soo kembali terngiang di ingatannya.
Hana masuk ke dalam penginapan dan disambut baik oleh pemilik penginapan. Ahjumma pemilik penginapan ingin mengantar Hana ke kamar, namun Hana menolak. “gwaencahanaeyo, aku dulu pernah tinggal disini” jawab Hana tersenyum.Hana memandangi seisi penginapan. Tidak ada yang berubah, semuanya masih tetap sama seperti dulu.Hana kemudian menuju sebuah ruangan yang berisi barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Ruangan tersebut dulunya adalah kamar Yun Soo. Hana melihat sebuah kertas yang sudah disobek, namun gambar di kertas tersebut masih utuh. Hana memandangi gambar dirinya yang dulu digambar oleh Yun Soo sewaktu Hana tanpa sengaja tertidur di kamar Yun Soo.
Sebuah bunyi gerusuh mengagetkan Hana. Hana bergegas keluar dari ruangan dan menuju sumber bunyi, namun sama sekali tidak ada siapa-siapa.Hana menuju ke kamar yang pernah ditempatinya bersama Maya. Kamar penuh kenangan. Kamar dimana Yun Soo mencium kening Hana melalui jendela kaca. Hana perlahan-lahan menutup mata dan menyandarkan kepalanya ke jendela. Hana bisa merasakan saat-saat itu lagi.
Oppa, aku ingin sekali bertemu denganmu lagi, walaupun hanya sekali
Hana perlahan-lahan membuka mata dan melihat hujan salju di balik jendela kamar. Hana tidak menyadari kalau Yun Soo sekarang berdiri di sampingnya. Berdiri di balik jendela kamar Hana seperti yang pernah dilakukannya dahulu.
“Mianhae Hana, aku akan selamanya disisimu dan akan selalu menjagamu” batin Yun Soo.
Hana mengendarai sepeda ke tempat dimana dulu dia bersekolah. Dari kejauhan terlihat Mika memanggil Hana dan berteriak senang karena mereka bisa kembali.
Hana tiba-tiba menghentikan sepedanya ketika menyadari sosok seorang pria yang berdiri di balik pohon. “kenapa, ada apa?” tanya Mika heran dan menghalangi pandangan Hana. Hana tidak menjawab dan berusaha melihat sosok Pria yang berpakaian hitam dan mengenakan topi “ada apa? Ayo pergi” ajak Mika dan menarik tangan Hana.Pria yang dilihat Hana adalah Yun Soo, yang selalu mengikuti dan selalu akan berada disamping Hana.
Hana dan Mika berdiri di hamparan salju di depan sekolah mereka. “ah, senangnya, seperti merasa kalau Yun Soo Oppa ada disini” ucap Hana senang. Mika berusaha menggoda Hana dan membuat Hana tertawa.
“Hana, aku mencintaimu”. Ucapan Yun Soo tiba-tiba berkelebat di pikiran Hana. Hana melepaskan sepatunya dan berlari di hamparan salju.
“Jika kaki tidak dingin, maka hati yang akan dingin”.
Hana tersenyum karena bisa melihat lagi makam ayahnya dan pohon cemara milik kakaknya. “Oppa, apa kau baik-baik saja?” gumam Hana.Pohon yang dulu tingginya tidak mencapai bahu Hana, sekarang sudah tumbuh menjulang tinggi. Raut wajah Hana menjadi sedih. Hana berbalik dan menemukan boneka salju yang pernah dibuatnya bersama Yun Soo masih berada disana dan seolah-olah tersenyum kepadanya.
“Yun Soo Oppa kau disini?”
“ya, aku disini”“2 tahun”
“ya, 2 tahun”
“aku bodoh, mengapa tak tahu? Oppa pergi jauh dariku dan aku sama sekali tidak tahu”
“mianhae, aku tidak bisa muncul di depanmu”
Hana terkejut saat melihat kalung salib milik Yun Soo tergantung di Pohon cemara. Hana berusaha menggapai kalung tersebut. “Oppa” gumam Hana sedih dan memakai kalung salib milik kakaknya.
“kau bilang akan selamanya bersamaku kan, kau tidak lupa hal itu kan? Sekarang, Oppa harus menjagaku dan aku yakin Oppa ada di suatu tempat dan menjagaku”
“benar, aku sekarang disini”
Hana memandangi pohon cemara kakaknya dengan sedih. “Oppa, sampai jumpa, aku akan datang lagi”.
“Walau tak bisa melihat Oppa, tapi aku percaya kalau Oppa selalu ada disampingku”
“aku disampingmu”
“seperti dulu, sekarang juga, nanti dan selamanya”
“aku berada disampingmu sekarang, nanti dan selamanya”
Hana merasa aneh melihat para karyawan klub milik Maya berkumpul. Hana pun bertanya pada salah satu dari mereka “ada apa?” tanya Hana heran “ada beberapa orang yang berbeda akan datang hari ini, seseorang bernama Yuki dan Maya sangat siaga”. Hana merasa aneh dengan nama yang disebut. “Yuki” gumam Hana.
Hana kembali ke tempat dimana dia seharusnya dia berada yaitu piano. Hana tiba-tiba teringat dengan kakaknya dan berkali-kali menyebut nama Yun Soo sambil menggenggam kalung salibnya.
Beberapa mobil terlihat berhenti di depan klub malam milik Maya. Dari mobil berwarna putih turun seorang pria yang tampak tidak mengenakan kaus kaki dan para pria lainnya terlihat memberi hormat kepadanya. Pria tersebut kemudian masuk ke klub malam dan para karyawan klub kembali memberi hormat kepadanya. Hana terlihat sangat penasaran dengan kerumunan orang yang berkumpul di depan pintu. Rasa penasaran Hana akhirnya terjawab sudah saat melihat seorang pria dengan potongan rambut cepak berjalan kemudian memberi hormat kepada seorang pria paruh baya. “Yuki, senang sekali kau mau datang hari ini”.
Tatapan Hana tidak berpaling dari pria yang bernama Yuki. Maya pun tak kalah terkejutnya dengan Hana saat melihat wajah Yuki sangat mirip dengan Yun soo. “Oppa, Yun Soo Oppa” gumam Hana sedih kemudian berlari ke arah Yun Soo yang saat itu sedang duduk bersama dengan Maya dan beberapa pria lainnya. “Yun Soo Oppa, Oppa” rengek Hana dan memegang baju Yuki kuat. Yuki menatap sekilas ke arah Hana kemudian menarik bajunya yang dipegang Hana. “kau sudah membuat kesalahan, pergilah” ucap Yuki dalam bahasa Jepang. Hana sontak terkejut mendengar apa yang dikatakan Yuki, karena yang ditahunya Yun Soo sama sekali tidak pandai berbahasa Jepang dan Yun Soo tidak mungkin mengabaikannya, apalagi setelah perpisahan mereka selama 2 tahun.Hana kemudian diseret pergi. Teriakan Hana masih terdengar namun Yuki sama sekali tidak perduli.
“Yuki, aku tidak menyangka kau akan datang hari ini. Aku tahu kau sangat tidak menyukai tempat ini. Aku sangat senang karena kau bisa kembali lagi. Maya, jagalah dia dengan baik, dia anakku” ucap Pria paruh baya pada Yuki dan Maya. Maya tersenyum “apakah kau mengenalku, maaf, aku merasa kau seperti orang yang kukenal” ucap Maya pada Yuki. Yuki hanya tersenyum tipis.
Maya mendekati Hana yang saat itu masih sedih. “kenapa kau tidak bermain piano?” tanya Maya “bukankah dia Yun Soo Oppa?” tanya Hana “bagaimana dia bisa berubah dalam waktu 2 tahun? Sekarang lebih baik kamu bangun dari mimpi-mimpimu” ucap Maya tegas.
Hana berdiri di depan klub malam. Satu keinginan Hana saat ini yaitu mencegat Yuki dan menanyakan tentang dirinya. Angin malam kota Tokyo tak menyurutkan niat Hana.Penantian Hana akhirnya tercapai.
Yuki keluar dari klub dan bersiap-siap pergi. Hana berusaha menahan Yuki namun Yuki melepaskan genggaman Hana.
“Oppa” panggil Hana saat Yuki masuk ke dalam mobil
“Oppa, Oppa, Oppa, Oppa, Oppa” panggil Hana berulang kali dan mengejar mobil Yuki yang mulai berjalan dan perlahan-lahan mulai menjauh.
‘Bos, apakah itu tidak masalah?” tanya Anak buah Yuki di dalam mobil
“aku tidak ingin melihatnya stress” jawab Yuki
“bukankah kamu juga merasakan hal yang sama?”
“ya, aku juga merasakannya, aku sakit sekarang, aku merasa tidak bisa meninggalkan Hana sendirian. Jika aku bertemu dengan Hana sekarang, aku takut tidak bisa menghentikan diriku sendiri. Aku takut kalau aku marah, aku tidak percaya pada diriku sendiri”
“aku tidak bisa berpisah dengan wanita yang kucintai, hentikan sekarang”.
Hana masih terus berlari hingga langkahnya terhenti di bawah pohon tempat kesayangannya.
“Oppa, bukankah itu kamu? Mengapa kau tidak tersenyum kepadaku? Oppa, kau tidak mati kan? Oppa, Oppa” teriak Hana histeris.
Sebuah siulan meredam teriakan Hana.
Siulan yang selama ini selalu dirindukannya. Hana berbalik dan Yun Soo sudah berdiri di belakangnya. Hana berdiri mematung melihat Yun Soo. Yun Soo tersenyum dan merentangkan ke dua tangannya “Hana” panggil Yun Soo. Hana berjalan perlahan-lahan mendekati Yun Soo. Langkahnya gontai, saat seperti inilah yang selalu ditunggunya.
PREVIEW EPISODE 6
No comments:
Post a Comment