Title: 천국의 나무 / Chun-kook-eh Na-moo / Tree of Heaven
Chinese title :天国的树
Japanese Name: 天国の樹 / Tengoku no ki
Also known as: Heaven’s Tree / Trees in Heaven
Episodes: 10
Broadcast network: SBS/Fuji TV
Broadcast period: 2006-02-08 to 2006-03-09
Chinese title :天国的树
Japanese Name: 天国の樹 / Tengoku no ki
Also known as: Heaven’s Tree / Trees in Heaven
Episodes: 10
Broadcast network: SBS/Fuji TV
Broadcast period: 2006-02-08 to 2006-03-09
Cast
Lee Wan as Yoon-suh 윤서 (20-22)
Park Shin Hye 박신혜 as Hana 하 나 (18-20)
Asami Reina as Maya 마야 (19-21)
Uchida Asahi as Fujiwara Ryu 후지와라 류 (20-22)
Jung Dong Hwan 정동환 as Yoon Soo-ha 윤수하 (Yoon-suh’s father, 40)
Kim Chung 김 청 as Yoko 요 코 (Maya’s mother, 40)
Mire Aika 아이카 미레 as Michiko 미찌코 (Hana’s mother, 40)
다카스기 코오 as Iwa 이와 (40)
Lee Jung Kil 이정길 as Bo Seu 보 스 (50)
Sung Sun Im 성선임(소닌) as Mika 미카 (Hana’s friend, 18-20)
Seorang gadis terlihat berdiri di antara pohon cemara dan dua makam. Pandangannya tertuju pada hamparan salju yang terbentang luas di hadapannya.
Sekarang aku memulai cerita tentang salju, lebih tepatnya, sebuah cerita orang yang hidupnya selalu dikelilingi salju. Mereka yang datang dan pergi bersama dengan salju.
Namaku adalah Hana dan artinya adalah bunga yang cantik. Nama yang diberikan oleh ayah, dia meninggal sewaktu aku berumur 8 tahun, dia tidak mencapai umur 40 tahun. Ayah tinggal di Jepang dan aku hidup bersama dengan salju. Ada hujan salju besar di musim salju dan aku selalu menaruh kakiku di jejak kaki ayah, aku bisa merasakan betapa kecilnya nafasku dibandingkan dengan Ayah. Aku sepenuhnya menjadi ayahku, aku sangat mencintai ayahku.
Hana berlari tergesa-gesa menuju perpustakaan. Tangannya mulai mencari sesuatu dan berhenti tepat disebuah kamus bahasa Korea. “Appa” ucap Hana terbata-bata “Oppa” ucap Hana lagi “Yun soo Oppa” ucap Hana senang.
Hana kemudian bergegas ke bandara dan kembali belajar cara pengucapan Appa dan Oppa. Hana melihat ke angkasa dan melihat sebuah pesawat yang melintas. Pandangannya kemudian beralih pada sosok seorang Pria yang berdiri mematung di pinggir pagar pembatas Bandara.
“Hana” panggil seseorang yang tak lain adalah ibu Hana, Hana akhirnya berbalik menemui ibunya dan melupakan sejenak sosok Pria yang sempat mencuri perhatiannya. Hana sangat senang bisa bertemu kembali dengan ibunya dan tentunya suami ibunya yang sekarang menjadi ayah Hana. “Annyeonghaseo Appa” sapa Hana pada ayahnya, Ayah baru Hana sedikit terkejut dan tersenyum “bahasa koreamu sangat bagus” ucap Ayah Hana.
Hana mulai melihat kesekeliling dan mencari keberadaan Yun soo, yang sekarang menjadi kakaknya. “ah, Yunso, dia sangat bosan naik pesawat, aku akan mencarinya” ucap Ayah hana mengerti “Hana, Hana yang akan melakukannya” ucap Hana senang dan akhirnya mengetahui sosok pria yang berdiri dipagar pembatas Bandara adalah Yun soo kakaknya.
Hana berlarian menuju Yun soo. Hana melihat tubuh kakaknya yang sekarang dipenuhi dengan salju. “Oppa, Yun soo Oppa” panggil Hana. Yun soo berbalik menghadap Hana, pandangan mereka saling bertemu. Hana tersenyum dan kembali membuka kamusnya “senang bertemu dengan kakak, aku Hana. Oppa saranghaeyo” ucap Hana senang dan masih terbata-bata.
Yun soo sama sekali tidak merespon dan hanya memandangi Hana dengan tatapan kosong. Hana menjadi tidak enak kepada kakaknya dan tanpa sengaja melihat ke kaki kakaknya yang tidak memakai sepatu dan lebih memilih untuk menenteng sepatunya. Hana tersenyum kepada kakaknya namun Yun soo malah meneteskan air mata dan berlalu pergi ketika Ayahnya memanggilnya.
Hana merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Hana mengikuti kakaknya dan kembali memijakkan kakinya di jejak langkah Yun soo yang terbentuk di hamparan salju, seperti yang biasa dilakukannya pada jejak kaki ayahnya ketika masih hidup.
Aku ingat tatapan kosong kakak, ketika kami pertama kali bertemu. Aku merasa kakak sangat lembut tetapi aku tidak merasa kasihan sama sekali dengannya. Ayah, aku merasa kakak akan hilang sekarang.
Hana kembali berlatih berbicara dalam bahasa Korea dalam perjalanan mereka menuju tempat permandian sekaligus tempat tinggal Hana dan ibunya. “Appa, Kamsahaeyo, Omma mianhaeyo”. Yun soo hanya duduk terdiam dan memandangi Hana melalui kaca spion. Hana yang mengetahui kalau kakaknya terus melihatnya, merasa ketakutan dan memilih untuk melihat ke arah lain. Namun sesekali Hana mencuri pandang ke arah Yun soo ketika Yun soo tidak melihat lagi ke arahnya.
Aku mempunyai ayah baru dan kakak baru bernama Yun soo.
Hana, Yun soo, Ibu dan Ayahnya singgah ke sebuah studio foto. Mereka ingin membuat foto keluarga. Sang fotografer melihat gaya Yun soo yang terlalu kaku dan mencoba mengaturnya agar mendekat dengan Hana. “Smile” ucap fotografer dan Hana reflex menggenggam tangan Yun soo dan menyandarkan kepalanya di bahu Yun soo. Yun soo berusaha melepaskan genggaman tangan Hana, namun Hana menggenggam tangan Yun soo erat.
Kemudian kita menjadi keluarga. Ketika kau berumur 18 tahun maka saat itulah seseorang dikatakan dewasa.
Bibi Hana menyiapkan makanan untuk menyambut keluarga baru Hana. “Bibi Hana, maafkan aku, aku sekarang menjadi ayah Hana, kamu pasti merasa tidak enak” ucap ayah Hana membuka pembicaraan “apa yang kamu bicarakan, aku sama sekali tidak apa-apa” jawab Bibi Hana “Kamsahamnida” ucap Ayah Hana “harusnya aku yang mengatakannya, ayahku telah meninggal dan kami sekarang adalah orang asing. Ibu Hana adalah malaikat, tolong jangan usir kami, saya akan bekerja dengan baik” ucap Bibi Hana dan memberi hormat kepada Ayah dan Ibu Hana. “Maya, ayo beri hormat” perintah Bibi Hana kepada anaknya yang umurnya tidak berbeda jauh dengan Hana “senang bertemu dengan anda” salam Maya.
Hana hanya tersenyum mendengarkan percakapan mereka. Hana sama sekali belum mengerti dan tahu apa yang mereka perbincangkan karena mereka berbica menggunakan bahasa Korea. Pandangan Hana kemudian beralih ke Yun soo yang kebetulan duduk disebelahnya. Hana kembali melihat ke kaki Yunso begitupun dengan Maya yang merasa aneh dengan Yun soo yang sama sekali tidak menggunakan pengalas kaki.
Ibu Hana kemudian memberikan stempel kepada Ibu Hana “aku akan berkunjung ke daerah Hagunei untuk urusan bisnis, mungkin sekitar 3-4 bulan, tolong kamu yang menjaga tempat ini selama aku bepergian” ucap ibu Hana “aku? Ibu Hana kau mempercayakannya padaku, aku tidak nyaman dengan hal ini, tapi aku akan mencobanya” ucap Bibi Hana senang dan tidak menyangka kalau Ibu Hana sebaik itu.
Maya sedang serius belajar dan merasa terganggu dengan kehadiran ibunya yang asyik bermain kartu disampingnya.
“Ibu, berhentilah bermain, aku sedang belajar. Apa ayah meninggalkanmu karena kamu seperti ini?” ucap Maya marah “kamu sama sekali tidak mengetahui ibumu, apakah kamu tahu betapa buruknya yang kurasakan” ucap Ibu Maya dan masih asyik bermain kartu “Ibu” teriak Maya dan turun dari kursinya “mengapa kamu tidak berbicara dengan bahasa Korea, kamu pikir bisa menjadi orang Jepang” ucap Ibu Maya “aku tidak ingin sepertimu, aku akan sukses” ucap Maya masih emosi dan menghamburkan kartu ibunya hingga berserakan “itu benar, satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mempercayaimu putriku” ucap Ibu Maya yang sempat kesal karena Maya menghancurkan permainannya.
Tiba-tiba Hana masuk dan membawa semua barang-barangnya. “maaf, aku pindah kesini” ucap Hana dan mulai mengatur barang-barangnya “tentu saja kamu menyesal, mana bisa kamar sekecil ini dihuni oleh 3 orang sekaligus. Sangat senang memiliki seorang Pria dan ingin mengusir kami dari sini, tidak mungkin” ucap Bibi Hana. Hana yang sedang sibuk mengatur barang-barangnya berhenti sesaat “apa yang kamu katakan?” tanya Hana tidak mengerti. Bibi mengelus kepala Hana “sayangnya kamu tidak mengerti” “Hana, kamu mirip dengan ayahmu” ucap Bibi Hana menggunakan bahasa Jepang. “arigatou Gozaimatsu” ucap Hana senang. Maya yang mengerti dengan semua yang diucapkan ibunya, tersenyum licik sambil melihat Hana. Maya mentertawai Hana yang sama sekali tidak mengerti kalau yang sedang dikatakan ibunya adalah mengenai ibu Hana.
Hana membuka buku hariannya. Hana tersenyum memandangi foto dirinya dengan seorang Pria bernama Ryu. Hana dengan cepat menutup bukunya karena takut Maya terganggu dengan apa yang dikerjakannya. Hana kemudian membuka kembali kamus bahasa koreanya “andwae” gumam Hana dan terhenti ketika mendengar suara berisik dari luar kamar.
Hana melihat Yun soo membuka pintu kamar tamu dengan paksa. “andwaeyo” bujuk Hana pada kakaknya namun Yun soo sama sekali tidak perduli dan tetap membuka setiap pintu yang dilihatnya satu persatu. “andwaeyo” tahan Hana. Yun soo memandangi Hana lekat-lekat dan hal itu membuat Hana terdiam. Yun soo kemudian mendorong Hana dan kemudian keluar dari rumah dengan cepat. Saking terburu-burunya, Yun soo tergelincir di salju yang licin. Hana mengikuti kakaknya kemudian menjauh dan tersenyum. Ternyata Yun soo membuka kamar satu persatu untuk mencari keberadaan toilet. Karena tidak menemukan toilet, Yun soo akhirnya buang air kecil di tumpukan salju.
Hana menulis disebuah kertas kecil “Ruang Cuci”. Baru saja Hana menempelkan kertas tersebut ke dinding pintu, Yun soo tiba-tiba muncul dan membuka pintu dengan paksa hingga kepala Hana terbentur. Hana memegangi kepalanya yang kesakitan dan tanpa disadarinya Yun soo keluar dari Ruang cuci dengan tiba-tiba dan kembali kepala Hana terbentur. Yun soo mencabut kertas yang ditempelkan Hana dan membuangnya karena kesal salah masuk ruangan. Hana hanya bisa memegangi kepalanya yang kesakitan karena terbentuk hingga dua kali.
Tamu yang berdatangan ke tempat pemandian keluarga Hana sangat banyak. Hana dan Maya bahu membahu merapikan kamar tamu dan tersenyum bersama-sama melihat hasil kerja mereka. Hana melihat kakaknya sedang menyikat kolam air panas. Hana melemparkan sebuah senyuman kepada Yun soo, namun Yun soo malah berlalu pergi dan membuang sikat yang dipegangnya ke lantai. Hana hanya bisa menghela nafas melihat sikap kakaknya yang cuek dan sama sekali tidak memperdulikan dirinya.
Tiba saatnya, Ayah dan Ibu Hana harus pergi. Hana mengantar kepergian ibunya dengan senyuman namun berbeda dengan Yun soo yang hanya terdiam melihat Ayahnya pergi bersama dengan Ibu Hana yang sekarang menjadi ibunya.
Yun soo berjalan kaki menuju sekolah baru yang sama dengan Hana dan Maya. Maya dengan cuek berlalu meninggalkan Yun soo dengan sepedanya dan terlihat sama sekali tidak perduli dengan Yun soo yang berjalan kaki, padahal jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh. Dari kejauhan terlihat Hana mengendarai sepedanya. Hana berhenti beberapa meter di depan Yun soo. Hana dengan cepat membuka tasnya dan mengambil kamus bahasa koreanya.
“STOP” ucap Hana pada Yun soo yang hampir saja melewatinya “saya” ucap Hana terbata-bata dan menunjuk jok di belakang sepeda. Hana kembali mengulang “saya”. Yun soo melihat sekilas Hana kemudian kembali berjalan dan meninggalkan Hana. Hana tidak tinggal diam, walaupun Yun soo tidak memperdulikannya ataupun tidak mau berbicara dengannya, Hana akan terus berusaha membantu Yun soo, karena bagi Hana sekarang Yun soo adalah kakaknya.
Yun soo singgah di sebuah tempat yang menyediakan telur setengah matang. Yun soo mengambil satu telur tersebut dan mulai memakannya “palli, palli” teriak Hanna namun Yun soo tidak perduli. Hanna yang merasa dirinya sudah sangat terlambat ke sekolah memutuskan pergi meninggalkan kakaknya.
Yun soo berlarian kesana kemari mencari arah yang tepat menuju sekolah. Hana yang daritadi bersembunyi di balik pohon, keluar dan mengayuh sepedanya menuju kakaknya. Hana kemudian menunjuk ke arah berlawanan dari jalan sekarang yang mereka lewati, namun Yun soo tetap diam dan bungkam. Hana kesal dan memutar balik sepedanya, Yun soo diam-diam ternyata mengikutinya.
Kelas Hana sangat berisik, dipenuhi dengan suara candaan para murid. Salah satu teman Hana tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan berteriak” Sensei datang”. Seisi kelas refleks terdiam dan kembali ke kursi masing-masing. Masuklah seorang pria paruh baya diikuti dengan Yun soo disampingnya. “Yun soo-kun silahkan perkenalkan dirimu dalam bahasa Jepang”, Yun soo hanya terdiam karena dirinya sama sekali tidak bisa berbicara dalam bahasa Jepang. Hana yang melihatnya menjadi khawatir.
Yun soo kemudian menuju kursinya dan tidak memperdulikan sensei yang berdiri tepat disampingnya. Semuanya bersorak takjub pada sosok Yun soo yang berani melawan perintah guru yang paling ditakuti seantero sekolah. Hana memberi isyarat pada Maya, karena dikelas ini Cuma Maya yang bisa berbahasa Korea. Maya tidak merespon isyarat yang diberikan Hana. “Yun soo-kun” teriak Sensei marah
“dia tidak tahu bagaimana bebicara dalam bahasa Jepang, bolehkah saya melakukan itu untuknya” ucap Hana tiba-tiba. Sensei pun akhirnya luluh dan mempersilahkan Hana berbicara “namanya adalah Yun soo, 20 tahun, lulus dari sekolah di Korea dan datang kesini untuk belajar mengenai Jepang” “bagaimana kau mengenalnya?” tanya teman Hana terkejut “dia kakakku” jawab Hana mantap dan tidak ragu sedikitpun “tapi, kamu tidak memiliki kakak?” tanya teman Hana yang lain lagi “ibuku menikah lagi” jawab Hana. Yun soo yang duduk di bangku paling pojok hanya tertunduk mendengar semua yang diucapkan Hana.
Yun soo melihat keluar jendela. Matanya berkaca-kaca melihat salju turun di luar jendela. Hana merasa kasihan dengan kakaknya dan terus memandangi Yun soo dari kursinya. Tiba-tiba sahabat Hana, Mika mengajak Hana berbicara “tinggal 20 mencapai 1000, kakak Ryu pasti tersentuh” ucap Mika senang karena sebentar lagi bangau kertas yang sedang dikerjakannya akan mencapai 1000. (pernah mendengar legenda bangau kertas g chingu?katanya jika kita berhasil melipat bangau kertas hingga 1000, permintaan kita akan terkabul). Hana kembali melihat Yun soo “kurasa kakakmu aneh,tidak normal” ucap Mika.
Yun soo tiba-tiba berdiri dari kursinya dan meninggalkan kelas, padahal saat itu Sensei sedang mengajar. “Yun soo-kun” panggil Sensei, tidak ada respon dari Yun soo “Yun soo-kun” panggil Sensei sekali lagi, Yun soo tetap berjalan “Yunso-kun” teriak Sensei marah dan berlari mengejar Yunso.
Hana tidak tinggal diam dan berlari keluar kelas “Sensei” panggil Hana “ini” ucap Hana dan menyerahkan sebuah kamus bahasa Korea yang selalu dibawanya. Sensei kemudian kembali berlari mengejar Yun soo hingga ke lapangan.
Yun soo merebahkan dirinya di hamparan salju yang dingin sementara dari atas kelas, para murid menyemangati Sensei “Sensei, Sensei” teriak murid bersamaan.
“kembali ke kelas” ucap Sensei dalam bahasa korea, Yun soo tidak bereaksi. Sensei kembali membuka kamus dan tidak menemukan kalimat yang tepat. Sensei yang kesal membalik tubuh Yun soo, Hana hanya bisa terdiam melihat apa yang terjadi dengan kakaknya dan Sensei.
Sepulang sekolah, teman-teman Hana yang jahil mulai mengambil sekop dan berlarian ke arah Yun soo yang masih tertidur di hamparan salju. “lihat kakinya, apakah dia terlihat seperti orang baik? Dia lebih mirip orang mati” teriak teman Hana dan mulai menyekopkan salju dan menghamburkannya ke tubuh Yun soo. Hana melihat hal tersebut dari kejauhan dan segera berlari saat melihat tindakan teman-temannya yang sudah terlewat keterlaluan, bahkan mereka mengangkat tubuh Yun soo ke angkasa.
“lepaskan dia” teriak Hana “mengapa kamu sangat marah, kami hanya bercanda” ucap teman-teman Hana dan berlalu pergi. Hana membersihkan salju di kaki kakaknya kemudian memakaikan sepatu yang dibawanya sedari tadi. Yun soo tiba-tiba bangun dan hal itu membuat Hana terkejut. Yun soo kembali menatap Hana dengan tatapan kosong “Oppa, apakah kamu suka salju? Hana sangat suka salju” ucap Hana dan tersenyum. Yun soo sama sekali tidak menjawab dan hanya memandangi Hana. Hana menghapus salju di wajah Yun soo, namun Yun soo dengan cepat mengibaskan tangan Hana dan berlalu pergi.
Hana membonceng Yun soo pulang ke rumah. “Chingudeul, mianheyo” ucap Hana terbata-bata, Yun soo lagi-lagi tidak menjawab dan hanya memandangi Hana dari jok sepeda. Yun soo tiba-tiba menjatuhkan dirinya dari sepeda, hal itu membuat Hana terkejut dan segera menghentikan sepedanya. Hana membantu kakaknya berdiri dan membersihkan debu dari bajunya. Yun soo dengan santai bangun dari jatuhnya dan mengambil sepeda Hana dan meninggalkan Hana sendirian. “Oppa” panggil Hana namun Yun soo terus saja berjalan “Oppa” teriak Hana lagi, Yun soo menghentikan sepeda dan membuangnya ke tanah. Yun soo kemudian berjalan sementara Hana dengan sisa tenaga yang dimilikinya berusaha mengangkat kembali sepeda yang terjatuh.
Bibi Hana ketakutan saat rentenir meneleponnya dan mengancamnya jika dirinya tidak bisa melunasi semua hutang-hutangnya. Bibi Hana bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang apalagi mereka mengancam akan mengganggu Maya dan menghalangi Maya untuk bersekolah.
Bibi Hana kemudian masuk ke sebuah ruangan penyimpanan surat-surat penting milik Ibu Hana. “ini akhir dari semuanya, aku akan menjual ini agar putriku bisa bersekolah, aku berjanji tidak akan berjudi lagi” ucap Bibi Hana senang dan tidak menyadari keberadaan Hana. “apa yang kamu lihat?” tanya Hana. Bibi Hana sontak terkejut dan menyembunyikan surat yang diambilnya dari dalam lemari. Hana menuju lemari tempat penyimpanan surat-surat rumah dan pemandian air panas “sebelum ibumu mengambilnya, aku harus menyimpannya” ucap Bibi Hana dalam bahasa Korea ketika Hana ingin memeriksa apa yang disembunyikan dibalik kimononya. “apa ibumu mengatakan untuk mengawasiku, ayah barumu ingin mengambil rumah kakakku dengan memanfaatkan ibumu” tambah Bibi Hana.
Hana hanya terdiam dan tidak mengerti maksud ucapan Bibinya “ayah barumu ingin mendapatkan semua spring ini, tidak mungkin kamu tidak mengetahuinya” ucap Bibi Hana kali ini menggunakan bahasa Jepang “kamu pasti salah paham, ayah adalah orang baik” jawab Hana. Bibi Hana mendekat ke arah Hana dan memandangi Hana dalam-dalam “ayah?apa yang kamu katakan?katakan lagi? Kelihatannya sangat mudah. Siapa ayahmu? Bukankah kakakku ayahmu? Siapa ayahmu?” “ayah baru…..” ucap Hana dan sebuah tamparan mendarat di wajahnya. “siapa ayahmu?” tanya Bibi Hana sekali lagi “ayah baru” jawab Hana masih dengan jawaban yang sama. Bibi kembali melayangkan tamparan di wajah Hana untuk yang ke dua kalinya. Hana melihat ke arah Bibinya dengan tatapan tajam dan Bibinya kembali melayangkan tamparan hingga empat kali ke wajah Hana. “ayah baru, kamu wanita tidak tahu diri, sangat memalukan untuk menaruh ini di rumah kakakku” teriak Bibi Hana dan memecahkan foto keluarga Hana yang baru hingga pecah berkeping-keping. Hana menunduk dan mencoba menyelamatkan foto sebelum disobek Bibinya “kamu menangis?Mayaku selalu menangis sebelum ini, ayo keluar” terika Bibi Hana dan menyeret Hana keluar dari ruangan.
“jangan menangis, mengapa menangis, sangat berisik” teriak Bibi Hana dan terus menjambak rambut Hana. Yun soo yang kebetulan lewat dengan santainya lompat dan meninggalkan jejak kakinya yang kotor di lantai “apa yang kamu lakukan, kamu tidak tahu bagaimana bicara hah” teriak Bibi Hana pada Yun soo. Yun soo hanya melihat dan melemparkan air botol yang sedang diminumnya ke hadapan Bibi Hana dan berlalu pergi. “apa yang kamu lakukan, kamu memandang rendah saya atau apa?” teriak Bibi Hana “cepat bersihkan itu” teriak Bibi pada Hana dan berlalu pergi dengan surat rumah di tangannya.
Yun so berhenti berjalan dan berbalik melihat Hana yang sekarang berantakan dan terus menangis. Hana pun melakukan yang sama, melihat kakaknya dengan tatapan nanar seolah-olah meminta perlindungan dari Bibinya yang tiba-tiba berubah menjadi jahat dan menyiksanya.
Bibi Hana memperlihatkan surat rumah dan pemandian air panas yang sekarang berada di tangannya. Maya sangat senang dan mengatakan kalau sekarang dirinya bisa melanjutkan pendidikan ke Tokyo.
Pembicaraan mereka terhenti saat Hana masuk. Bibi Hana memutuskan keluar dari kamar “kamar sangat kecil, sebaiknya aku keluar saja” ucap Bibi Hana “biar aku saja” ucap Hana namun Bibi dengan cepat menutup pintu dari luar. Maya berdiri dan mengusir Hana keluar dari kamar “diluar sangat dingin, mengapa kamu selalu mengganggu pelajaranku”.
Hana terduduk di lorong rumahnya sambil terus menggenggam tangannya yang kedinginan. Semua kamar sedang terisi dan sama sekali tidak ada kamar kosong. Pandangan Hana tiba-tiba tertuju pada sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
Hana mengintip ke ruangan yang lebih tepatnya disebut gudang. Hana memberanikan diri masuk ke ruangan tersebut. Hana melihat sebuah buku gambar yang tergeletak di atas tempat tidur. Seorang wanita cantik yang menggunakan sebuah kalung salib telah dilukis dengan indah dalam buku gambar tersebut. Hana membalik lembaran demi lembaran buku gambar dan isinya tetap sama, wanita cantik yang menggunakan sebuah kalung salib. Hana sama sekali tidak manyadari kehadiran Yun soo di belakangnya.
Hana refleks menjauh ketika Yun soo mendekat ke arahnya. Hana meletakkan buku gambar kembali ke tempatnya dan mulai menjauh. Yun soo kemudian duduk di hadapan Hana. Hana kembali mengambil buku gambar dan menatap wajah kakaknya dengan mata berkaca-kaca “Omma” ucap Hana, namun Yun soo hanya terdiam dan mengambil buku gambar dari tangan Hana. Yun soo mendekatkan wajahnya ke wajah Hana dan menatapnya dalam-dalam. Hana ketakutan ditatap oleh Yun soo. Hana memberanikan diri meminta kakaknya untuk melukis dirinya di buku gambarnya.
Yun soo mengambil buku gambarnya dan mulai melukis wajah Hana. Yun so memandangi Hana yang terus menunduk ketakutan dan menyebut “Ibu”. Yun soo memegang wajah Hana dan mendongakkannya. Yun soo juga menghapus air mata yang sekarang menghiasi wajah Hana. Bagi Yun soo air mata Hana mengganggunya untuk melukis Hana. Hana melihat wajah kakaknya yang sekarang sedang menatapnya. Yun soo kemudian meletakkan buku gambarnya dan memutuskan tidak melukis Hana. Hana menghela nafas lega.
Hujan salju mulai turun, Hana terbangun saat mendengar suara siulan seseorang. “Yun soo oppa” teriak Hana panik dan buru-buru membuka pintu. Yun soo duduk di depan pintu dan membuat Hana tidak bisa membuka pintu. Yun soo sengaja melakukannya dan membiarkan Hana tidur di dalam agar Hana tidak kedinginan, Yun soo juga memakaikan jaketnya ke tubuh Hana.
Hana sedih karena kakaknya harus tidur di lorong yang gelap dan dingin. Pandangan Hana kemudian tertuju pada buku gambar kakaknya yang sekarang sudah terisi dengan gambaran dirinya saat tertidur. Hana tersenyum melihatnya dan menyadari kalau Yun soo tidak seperti apa yang dipikirkannya selama ini.
Bibi Hana membawa beberapa obat-obatan dan tiba-tiba terjatuh karena tersandung sesuatu. “apa yang kamu lakukan disini?seperti orang idiot” teriak Bibi Hana pada Yun soo yang duduk di lorong dan menggigil kedinginan.
Keesokan harinya
Hana mengumpulkan semua selimut yang telah dicuci. Hana buru-buru membawanya masuk ke dalam rumah dan langkahnya terhenti karena Yun soo tiba-tiba menjatuhkan salju dengan cara menggoyangkan dahan pohon. Hana menatap kakaknya kesal namun Yun soo cuek.
Bibi Hana menatap Hana kesal karena semua cucian yang telah kering penuh dengan salju. Ternyata Yun soo sengaja melakukannya agar Hana tidak disuruh lagi oleh bibinya.
“saya sudah katakan untuk cepat, tidak ada waktu untuk makan, ini sudah terlambat” ucap Bibi Hana dalam bahasa korea ketika Hana masuk ke ruang makan dan hendak menyiapkan bekal makan siangnya. “dimana Yun soo oppa?” tanya Hana pada bibinya dan tidak memperdulikan apa yang barusan dikatakan bibinya. “Oppa?jika kamu mempunyai waktu luang “maka mulailah membersihkan ruangan keluarga mulai hari ini, maya harus belajar” Apakah kamu tahu?” ucap Bibi Hana marah dan berlalu pergi. Hana sedikit terkejut mendengar ucapan bibinya. Hana melihat kotak makan siangnya yang sama sekali belum terisi apapun. Hana membuka tudung saji dan tidak menemukan apapun. Hana hanya bisa menghela nafas.
“apa kamu dengar itu?kamu harus membersihkan ruang keluarga karena aku sibuk akhir-akhir ini dan kerjakanlah sendirian” ucap Maya dan berlalu pergi. Hana menahan tangan Maya “mengapa kalian seperti ini?” tanya Hana. Maya tertawa “apakah kamu terlalu bodoh untuk mengerti? Walaupun aku bergantung padamu dan keluargamu, tetapi ibumu sudah mengijinkanku untuk belajar” “aku sudah mengerjakan semuanya” ucap Hana “jadi kamu ingin mencegahku untuk belajar, kamu sama sekali tidak hebat dalam pelajaran. Aku lebih baik darimu dalam segala hal tetapi mengapa mereka lebih memilihmu.” Ucap Maya emosi “aku pikir kamu hidup dengan bahagia, jika aku bersalah aku minta maaf” ucap Hana “maaf?mengapa kau mengatakan maaf setelah menyiksaku? Spring ini bukan punya ibumu lagi, spring ini adalah milikku dan ibuku” ucap Maya “mengapa kau tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?kita keluarga” teriak Hana “keluarga?keluargamu adalah ini” teriak Maya tidak kalah emosinya dan mengambil pigura foto diatas meja “apa yang kau lakukan, ayah baru dan kak Yun soo adalah keluargaku” teriak Hana sambil menangis dan mengambil paksa pigura dari tangan Maya. “lalu kami ini siapa?apa pembantumu?” teriak Maya dan mengguncang-guncangkan tubuh Hana. Yun soo melihat mereka bertengkar dari balik tirai gorden. Tiba-tiba Bibi Hana datang “apa yang kalian lakukan?” teraik Bibi namun Hana sudah berlalu pergi.
Yun soo sudah menunggu Hana dipinggir jalan, namun Hana terus saja berlalu dan tidak menyadari kehadiran Yun soo. Saat ini pikiran Hana sedang kalut. Yun soo hanya bisa memandangi Hana dan sepedanya yang mulai menjauh.
Yun soo melihat Maya datang. Yun soo berdiri di hadapan Maya dan siap untuk menghadangnya. Yun soo menendang ban sepeda Maya hingga Maya terjatuh dan merebut paksa sepeda Maya. “apa yang kamu coba lakukan?” teriak Maya, namun Yun soo hanya memandangi Maya dengan tatapan kosong dan berlalu pergi meninggalkan Maya yang masih terduduk di tanah.
Yun so mengendarai sepedanya dengan cepat. Yun so berusaha mengejar Hana dan menghentikannya. Hana terkejut dengan kehadiran Yun soo yang tiba-tiba dan ketakutan kalau kakaknya akan melakukan sesuatu lagi. Namun dugaan Hana salah, Yun soo mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan memberikannya kepada Hana, sebuah sarung tangan berwarna pink kepunyaan Hana yang tertinggal.
Sensei menyampaikan kepada murid-muridnya kalau untuk ujian kali ini Maya mendapat nilai tertinggi di kelas. Hana hanya bisa ikut bertepuk tangan bersama dengan murid lainnya mendengarnya. Hana tidak menyadari Yun soo yang daritadi memperhatikannya dari kursinya.
Bel berbunyi dan menandakan waktunya jam istirahat. Semua teman-teman Hana mengeluarkan bekal makan siang mereka. Hana hanya bisa duduk melamun melihat teman-temannya dan maya yang siap-siap menyantap makan siang mereka. “kamu tidak makan?” tanya Mika “aku lupa” ucap Hana tersenyum “kalau begitu makan bersama” ajak Mika dan memberikan sebagian bekal makan siangnya kepada Hana.
Yun so hanya bisa memandangi Hana dari kursinya dan memutuskan keluar kelas. Hana melihat kakaknya keluar dan memutuskan mengikutinya dan membawa makanan yang diberikan Mika padanya.
Hana mulai mencari kesekeliling keberadaan kakaknya. Yun so lagi-lagi berbaring di hamparan salju, Hana berlarian ke arah kakaknya. “Oppa makan, kamu pasti lapar, kamu bahkan tidak sarapan” ucap Hana. Yun soo membuka matanya perlahan-lahan dan menyingkapkan makanan yang diberikan Hana kepadanya hingga terjatuh ke salju. Hana hanya bisa tertunduk lesu melihat sikap kakaknya yang berubah-ubah, Hana merasa belum mengenal kakaknya sama sekali.
Mika berlarian ke arah Hana. “Hana, hana, kakakmu” panggil Mika dan menarik tangan Hana pergi.
Teman-teman Hana yang kemarin menggangu Yun soo, kembali melakukan hal yang sama. Mereka terus meneriaki Yun soo yang tertidur di hamparan salju. “kamu benar-benar tidak mengerti kami?kamu memandang rendah kami?” teriak salah satu dari mereka dan kemudian mengangkat tubuh Yun soo ke angkasa. Kali ini Yun soo tidak tinggal diam, dia berusaha melawan.
Hana dan Mika berlarian ke arah Yun soo yang kewalahan menghadapi sikap teman-teman Hana yang sudah melewati batas. “aku sudah katakan, dia tidak bisa berbicara” teriak Hana namun sebuah pukulan yang tidak disengaja mendarat di wajahnya, akibatnya hidung Hana berdarah.
Teman-teman Hana tidak sengaja melihat kalung salib milik Yun soo dan merebutnya paksa dari leher Yun soo. Amarah Yun soo memuncak, apalagi kalung pemberian ibunya dilempar kesana kemari. “tidak, itu kalung ibuku” teriak Hana dan terus menangis. Yun soo terdiam sesaat dan emosinya semakin memuncak melihat Hana terus menangis dan menyebut Ibu. Yun soo mengambil sekop yang tergeletak tidak jauh dari sisinya dan memukulkan ke teman-teman Hana hingga mereka pergi.
Yun so membaringkan kembali tubuhnya ke salju yang dingin dan memejamkan matanya. Hana melihat kakaknya dan mengucapkan maaf. Hana kemudian berdiri dan berusaha mencari kalung yang dilempar teman-temannya tadi ke salju. Walaupun seperti mencari tumpukan jarum dalam jerami, Hana tidak menyerah dan terus mencarinya. Yun soo pun tidak tinggal diam dan berusaha mencari kalung ibunya. Usaha mereka tidak sia-sia, Hana berteriak dari jauh “Oppa” dan kemudian berlari ke arah Yun soo “Oppa, Oppa” ucap Hana senang dan menunjukkan kalung Yun soo yang berhasil ditemukannya. Yun soo merebut paksa kalung dari tangan Hana dan berlalu pergi meninggalkan Hana.
Hana kembali ke rumah menjelang malam. “apa Oppa Yun soo sudah kembali?” tanya Hana begitu masuk ke ruang makan “siapa orang yang bersama dia setiap hari?” jawab Maya ketus. Tiba-tiba telepon di ruang makan berbunyi “jangan khawatir, Hana baik, kami semua baik, ingin berbicara dengannya” ucap Bibi Hana pada si penelepon yang tak lain adalah Ibu Hana. Hana hanya bisa melihat Bibinya berbicara dengan ibunya dan dengan santainya mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Hana mengambil alih telepon “Omma, ya saya baik-baik saja” ucap Hana dan mulai menangis “Omma, Yun soo Oppa?hari ini?” ucap Hana terkejut dan segera berlari tanpa memperdulikan Bibinya yang memanggilnya.
“Hari ini adalah ulang tahun Yun soo dan hari kematian ibunya, Ibunya meninggal tepat di hari ulang tahunnya yang ke 10. Yun soo sangat berduka saat itu, Hana jagalah kakakmu”.
Hana akhirnya menemukan Yun soo berdiri dipagar pembatas bandara tempat Hana pertama kali melihat Yun soo. Hujan Salju tiba-tiba turun, Hana menengadahkan tangannya dan air matanya perlahan-lahan jatuh.
Hana berlari dan memeluk kakaknya dari belakang. “Oppa, mianhaeyo. Omma, saranghaeyo, maafkan aku Oppa” ucap Hana. Yun soo berbalik menghadap Hana dan air matanya juga perlahan-lahan menetes melihat Hana. Yun so menghapus air mata di wajah adiknya, Hana. Hana pun melakukan hal yang sama terhadap kakaknya, Yun soo.
Hana menghitung uang recehan yang dibawanya. Uangnya hanya cukup untuk membeli semangkok mie ramen. Hana tersenyum dan mengambil sumpit dan memberikannya kepada Yun soo. “apa Oppa lapar? Ayo makan ini” ucap Hana, Yun soo hanya terdiam. Hana membuka kamusnya “Oppa, saengil Chukkahaeyo” ucap Hana. Mata Yun soo kembali berkaca-kaca mendengar ucapan selamat ulang tahun dari Hana. Bagi Yun soo, ini pertama kalinya, dia mendengar ucapan selamat ulang tahun setelah kematian ibunya. Yun soo kemudian melahap mie ramennya dengan lahap.
Ibunya mengatakan dia akan kembali sedih ketika salju turun. Kakak merindukan ibunya ketika salju turun dan sama sepertiku yang merindukan Ayah ketika salju turun. Meskipun kita berbicara dengan bahasa yang berbeda, tapi aku bisa merasakan apa yang kakak rasakan.
“Oppa, senyumlah, senyumlah. Senyumlah Oppa” ucap Hana menangis bahagia. Yun soo hanya memandangi Hana sekilas dan kembali melanjutkan makannya. Tanpa dilihat Hana, Yun so menggenggam erat kalung ibunya dan mulai merasa menemukan sosok seperti ibunya.
Hana dan Yun soo kembali ke rumah. Hana menghentikan Yun soo untuk masuk ke dalam rumah. Hana tersenyum dan berdiri di samping kakaknya. Hana menggoyangkan dahan pohon seperti yang dilakukan Yun so sebelumnya dan salju-salju berjatuhan mengenai mereka. Hana menghapus salju di wajahnya dan melihat reaksi kakaknya. Yun so melihat Hana dan tersenyum. “Oppa tersenyum, tersenyum” teriak Hana bahagia dan membersihkan salju yang bertebaran di baju kakaknya. Yun soo melakukan hal yang sama dengan Hana, menggoyangkan dahan sehingga salju berjatuhan dan kembali mengenai mereka. Hana dan Yun soo tertawa bersamaan.
NB :
Akhirnya Sinopsis Tree Of Heaven selesai juga. Udah lama banget pengen buat sinopsis ini, tetapi aku nggak mungkin bisa ngerjain sebelum Sinopsis Hotelier selesai.
Drama Tree Of Heaven merupakan Drama Sad Ending yang kembali mempertemukan Lee Wan dan Park Shin Hye setelah sebelumnya mereka sempat beradu akting di Drama KOrea Stairway to Heaven.... (judulnya aja hampir mirip kan).....
Di drama ini pun mereka kembali dipertemukan sebagai kakak beradik...
Sekarang aku memulai cerita tentang salju, lebih tepatnya, sebuah cerita orang yang hidupnya selalu dikelilingi salju. Mereka yang datang dan pergi bersama dengan salju.
Namaku adalah Hana dan artinya adalah bunga yang cantik. Nama yang diberikan oleh ayah, dia meninggal sewaktu aku berumur 8 tahun, dia tidak mencapai umur 40 tahun. Ayah tinggal di Jepang dan aku hidup bersama dengan salju. Ada hujan salju besar di musim salju dan aku selalu menaruh kakiku di jejak kaki ayah, aku bisa merasakan betapa kecilnya nafasku dibandingkan dengan Ayah. Aku sepenuhnya menjadi ayahku, aku sangat mencintai ayahku.
Hana berlari tergesa-gesa menuju perpustakaan. Tangannya mulai mencari sesuatu dan berhenti tepat disebuah kamus bahasa Korea. “Appa” ucap Hana terbata-bata “Oppa” ucap Hana lagi “Yun soo Oppa” ucap Hana senang.
Hana kemudian bergegas ke bandara dan kembali belajar cara pengucapan Appa dan Oppa. Hana melihat ke angkasa dan melihat sebuah pesawat yang melintas. Pandangannya kemudian beralih pada sosok seorang Pria yang berdiri mematung di pinggir pagar pembatas Bandara.
“Hana” panggil seseorang yang tak lain adalah ibu Hana, Hana akhirnya berbalik menemui ibunya dan melupakan sejenak sosok Pria yang sempat mencuri perhatiannya. Hana sangat senang bisa bertemu kembali dengan ibunya dan tentunya suami ibunya yang sekarang menjadi ayah Hana. “Annyeonghaseo Appa” sapa Hana pada ayahnya, Ayah baru Hana sedikit terkejut dan tersenyum “bahasa koreamu sangat bagus” ucap Ayah Hana.
Hana mulai melihat kesekeliling dan mencari keberadaan Yun soo, yang sekarang menjadi kakaknya. “ah, Yunso, dia sangat bosan naik pesawat, aku akan mencarinya” ucap Ayah hana mengerti “Hana, Hana yang akan melakukannya” ucap Hana senang dan akhirnya mengetahui sosok pria yang berdiri dipagar pembatas Bandara adalah Yun soo kakaknya.
Hana berlarian menuju Yun soo. Hana melihat tubuh kakaknya yang sekarang dipenuhi dengan salju. “Oppa, Yun soo Oppa” panggil Hana. Yun soo berbalik menghadap Hana, pandangan mereka saling bertemu. Hana tersenyum dan kembali membuka kamusnya “senang bertemu dengan kakak, aku Hana. Oppa saranghaeyo” ucap Hana senang dan masih terbata-bata.
Yun soo sama sekali tidak merespon dan hanya memandangi Hana dengan tatapan kosong. Hana menjadi tidak enak kepada kakaknya dan tanpa sengaja melihat ke kaki kakaknya yang tidak memakai sepatu dan lebih memilih untuk menenteng sepatunya. Hana tersenyum kepada kakaknya namun Yun soo malah meneteskan air mata dan berlalu pergi ketika Ayahnya memanggilnya.
Hana merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Hana mengikuti kakaknya dan kembali memijakkan kakinya di jejak langkah Yun soo yang terbentuk di hamparan salju, seperti yang biasa dilakukannya pada jejak kaki ayahnya ketika masih hidup.
Aku ingat tatapan kosong kakak, ketika kami pertama kali bertemu. Aku merasa kakak sangat lembut tetapi aku tidak merasa kasihan sama sekali dengannya. Ayah, aku merasa kakak akan hilang sekarang.
Hana kembali berlatih berbicara dalam bahasa Korea dalam perjalanan mereka menuju tempat permandian sekaligus tempat tinggal Hana dan ibunya. “Appa, Kamsahaeyo, Omma mianhaeyo”. Yun soo hanya duduk terdiam dan memandangi Hana melalui kaca spion. Hana yang mengetahui kalau kakaknya terus melihatnya, merasa ketakutan dan memilih untuk melihat ke arah lain. Namun sesekali Hana mencuri pandang ke arah Yun soo ketika Yun soo tidak melihat lagi ke arahnya.
Aku mempunyai ayah baru dan kakak baru bernama Yun soo.
Hana, Yun soo, Ibu dan Ayahnya singgah ke sebuah studio foto. Mereka ingin membuat foto keluarga. Sang fotografer melihat gaya Yun soo yang terlalu kaku dan mencoba mengaturnya agar mendekat dengan Hana. “Smile” ucap fotografer dan Hana reflex menggenggam tangan Yun soo dan menyandarkan kepalanya di bahu Yun soo. Yun soo berusaha melepaskan genggaman tangan Hana, namun Hana menggenggam tangan Yun soo erat.
Kemudian kita menjadi keluarga. Ketika kau berumur 18 tahun maka saat itulah seseorang dikatakan dewasa.
Bibi Hana menyiapkan makanan untuk menyambut keluarga baru Hana. “Bibi Hana, maafkan aku, aku sekarang menjadi ayah Hana, kamu pasti merasa tidak enak” ucap ayah Hana membuka pembicaraan “apa yang kamu bicarakan, aku sama sekali tidak apa-apa” jawab Bibi Hana “Kamsahamnida” ucap Ayah Hana “harusnya aku yang mengatakannya, ayahku telah meninggal dan kami sekarang adalah orang asing. Ibu Hana adalah malaikat, tolong jangan usir kami, saya akan bekerja dengan baik” ucap Bibi Hana dan memberi hormat kepada Ayah dan Ibu Hana. “Maya, ayo beri hormat” perintah Bibi Hana kepada anaknya yang umurnya tidak berbeda jauh dengan Hana “senang bertemu dengan anda” salam Maya.
Hana hanya tersenyum mendengarkan percakapan mereka. Hana sama sekali belum mengerti dan tahu apa yang mereka perbincangkan karena mereka berbica menggunakan bahasa Korea. Pandangan Hana kemudian beralih ke Yun soo yang kebetulan duduk disebelahnya. Hana kembali melihat ke kaki Yunso begitupun dengan Maya yang merasa aneh dengan Yun soo yang sama sekali tidak menggunakan pengalas kaki.
Ibu Hana kemudian memberikan stempel kepada Ibu Hana “aku akan berkunjung ke daerah Hagunei untuk urusan bisnis, mungkin sekitar 3-4 bulan, tolong kamu yang menjaga tempat ini selama aku bepergian” ucap ibu Hana “aku? Ibu Hana kau mempercayakannya padaku, aku tidak nyaman dengan hal ini, tapi aku akan mencobanya” ucap Bibi Hana senang dan tidak menyangka kalau Ibu Hana sebaik itu.
Maya sedang serius belajar dan merasa terganggu dengan kehadiran ibunya yang asyik bermain kartu disampingnya.
“Ibu, berhentilah bermain, aku sedang belajar. Apa ayah meninggalkanmu karena kamu seperti ini?” ucap Maya marah “kamu sama sekali tidak mengetahui ibumu, apakah kamu tahu betapa buruknya yang kurasakan” ucap Ibu Maya dan masih asyik bermain kartu “Ibu” teriak Maya dan turun dari kursinya “mengapa kamu tidak berbicara dengan bahasa Korea, kamu pikir bisa menjadi orang Jepang” ucap Ibu Maya “aku tidak ingin sepertimu, aku akan sukses” ucap Maya masih emosi dan menghamburkan kartu ibunya hingga berserakan “itu benar, satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mempercayaimu putriku” ucap Ibu Maya yang sempat kesal karena Maya menghancurkan permainannya.
Tiba-tiba Hana masuk dan membawa semua barang-barangnya. “maaf, aku pindah kesini” ucap Hana dan mulai mengatur barang-barangnya “tentu saja kamu menyesal, mana bisa kamar sekecil ini dihuni oleh 3 orang sekaligus. Sangat senang memiliki seorang Pria dan ingin mengusir kami dari sini, tidak mungkin” ucap Bibi Hana. Hana yang sedang sibuk mengatur barang-barangnya berhenti sesaat “apa yang kamu katakan?” tanya Hana tidak mengerti. Bibi mengelus kepala Hana “sayangnya kamu tidak mengerti” “Hana, kamu mirip dengan ayahmu” ucap Bibi Hana menggunakan bahasa Jepang. “arigatou Gozaimatsu” ucap Hana senang. Maya yang mengerti dengan semua yang diucapkan ibunya, tersenyum licik sambil melihat Hana. Maya mentertawai Hana yang sama sekali tidak mengerti kalau yang sedang dikatakan ibunya adalah mengenai ibu Hana.
Hana membuka buku hariannya. Hana tersenyum memandangi foto dirinya dengan seorang Pria bernama Ryu. Hana dengan cepat menutup bukunya karena takut Maya terganggu dengan apa yang dikerjakannya. Hana kemudian membuka kembali kamus bahasa koreanya “andwae” gumam Hana dan terhenti ketika mendengar suara berisik dari luar kamar.
Hana melihat Yun soo membuka pintu kamar tamu dengan paksa. “andwaeyo” bujuk Hana pada kakaknya namun Yun soo sama sekali tidak perduli dan tetap membuka setiap pintu yang dilihatnya satu persatu. “andwaeyo” tahan Hana. Yun soo memandangi Hana lekat-lekat dan hal itu membuat Hana terdiam. Yun soo kemudian mendorong Hana dan kemudian keluar dari rumah dengan cepat. Saking terburu-burunya, Yun soo tergelincir di salju yang licin. Hana mengikuti kakaknya kemudian menjauh dan tersenyum. Ternyata Yun soo membuka kamar satu persatu untuk mencari keberadaan toilet. Karena tidak menemukan toilet, Yun soo akhirnya buang air kecil di tumpukan salju.
Hana menulis disebuah kertas kecil “Ruang Cuci”. Baru saja Hana menempelkan kertas tersebut ke dinding pintu, Yun soo tiba-tiba muncul dan membuka pintu dengan paksa hingga kepala Hana terbentur. Hana memegangi kepalanya yang kesakitan dan tanpa disadarinya Yun soo keluar dari Ruang cuci dengan tiba-tiba dan kembali kepala Hana terbentur. Yun soo mencabut kertas yang ditempelkan Hana dan membuangnya karena kesal salah masuk ruangan. Hana hanya bisa memegangi kepalanya yang kesakitan karena terbentuk hingga dua kali.
Tamu yang berdatangan ke tempat pemandian keluarga Hana sangat banyak. Hana dan Maya bahu membahu merapikan kamar tamu dan tersenyum bersama-sama melihat hasil kerja mereka. Hana melihat kakaknya sedang menyikat kolam air panas. Hana melemparkan sebuah senyuman kepada Yun soo, namun Yun soo malah berlalu pergi dan membuang sikat yang dipegangnya ke lantai. Hana hanya bisa menghela nafas melihat sikap kakaknya yang cuek dan sama sekali tidak memperdulikan dirinya.
Tiba saatnya, Ayah dan Ibu Hana harus pergi. Hana mengantar kepergian ibunya dengan senyuman namun berbeda dengan Yun soo yang hanya terdiam melihat Ayahnya pergi bersama dengan Ibu Hana yang sekarang menjadi ibunya.
Yun soo berjalan kaki menuju sekolah baru yang sama dengan Hana dan Maya. Maya dengan cuek berlalu meninggalkan Yun soo dengan sepedanya dan terlihat sama sekali tidak perduli dengan Yun soo yang berjalan kaki, padahal jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh. Dari kejauhan terlihat Hana mengendarai sepedanya. Hana berhenti beberapa meter di depan Yun soo. Hana dengan cepat membuka tasnya dan mengambil kamus bahasa koreanya.
“STOP” ucap Hana pada Yun soo yang hampir saja melewatinya “saya” ucap Hana terbata-bata dan menunjuk jok di belakang sepeda. Hana kembali mengulang “saya”. Yun soo melihat sekilas Hana kemudian kembali berjalan dan meninggalkan Hana. Hana tidak tinggal diam, walaupun Yun soo tidak memperdulikannya ataupun tidak mau berbicara dengannya, Hana akan terus berusaha membantu Yun soo, karena bagi Hana sekarang Yun soo adalah kakaknya.
Yun soo singgah di sebuah tempat yang menyediakan telur setengah matang. Yun soo mengambil satu telur tersebut dan mulai memakannya “palli, palli” teriak Hanna namun Yun soo tidak perduli. Hanna yang merasa dirinya sudah sangat terlambat ke sekolah memutuskan pergi meninggalkan kakaknya.
Yun soo berlarian kesana kemari mencari arah yang tepat menuju sekolah. Hana yang daritadi bersembunyi di balik pohon, keluar dan mengayuh sepedanya menuju kakaknya. Hana kemudian menunjuk ke arah berlawanan dari jalan sekarang yang mereka lewati, namun Yun soo tetap diam dan bungkam. Hana kesal dan memutar balik sepedanya, Yun soo diam-diam ternyata mengikutinya.
Kelas Hana sangat berisik, dipenuhi dengan suara candaan para murid. Salah satu teman Hana tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan berteriak” Sensei datang”. Seisi kelas refleks terdiam dan kembali ke kursi masing-masing. Masuklah seorang pria paruh baya diikuti dengan Yun soo disampingnya. “Yun soo-kun silahkan perkenalkan dirimu dalam bahasa Jepang”, Yun soo hanya terdiam karena dirinya sama sekali tidak bisa berbicara dalam bahasa Jepang. Hana yang melihatnya menjadi khawatir.
Yun soo kemudian menuju kursinya dan tidak memperdulikan sensei yang berdiri tepat disampingnya. Semuanya bersorak takjub pada sosok Yun soo yang berani melawan perintah guru yang paling ditakuti seantero sekolah. Hana memberi isyarat pada Maya, karena dikelas ini Cuma Maya yang bisa berbahasa Korea. Maya tidak merespon isyarat yang diberikan Hana. “Yun soo-kun” teriak Sensei marah
“dia tidak tahu bagaimana bebicara dalam bahasa Jepang, bolehkah saya melakukan itu untuknya” ucap Hana tiba-tiba. Sensei pun akhirnya luluh dan mempersilahkan Hana berbicara “namanya adalah Yun soo, 20 tahun, lulus dari sekolah di Korea dan datang kesini untuk belajar mengenai Jepang” “bagaimana kau mengenalnya?” tanya teman Hana terkejut “dia kakakku” jawab Hana mantap dan tidak ragu sedikitpun “tapi, kamu tidak memiliki kakak?” tanya teman Hana yang lain lagi “ibuku menikah lagi” jawab Hana. Yun soo yang duduk di bangku paling pojok hanya tertunduk mendengar semua yang diucapkan Hana.
Yun soo melihat keluar jendela. Matanya berkaca-kaca melihat salju turun di luar jendela. Hana merasa kasihan dengan kakaknya dan terus memandangi Yun soo dari kursinya. Tiba-tiba sahabat Hana, Mika mengajak Hana berbicara “tinggal 20 mencapai 1000, kakak Ryu pasti tersentuh” ucap Mika senang karena sebentar lagi bangau kertas yang sedang dikerjakannya akan mencapai 1000. (pernah mendengar legenda bangau kertas g chingu?katanya jika kita berhasil melipat bangau kertas hingga 1000, permintaan kita akan terkabul). Hana kembali melihat Yun soo “kurasa kakakmu aneh,tidak normal” ucap Mika.
Yun soo tiba-tiba berdiri dari kursinya dan meninggalkan kelas, padahal saat itu Sensei sedang mengajar. “Yun soo-kun” panggil Sensei, tidak ada respon dari Yun soo “Yun soo-kun” panggil Sensei sekali lagi, Yun soo tetap berjalan “Yunso-kun” teriak Sensei marah dan berlari mengejar Yunso.
Hana tidak tinggal diam dan berlari keluar kelas “Sensei” panggil Hana “ini” ucap Hana dan menyerahkan sebuah kamus bahasa Korea yang selalu dibawanya. Sensei kemudian kembali berlari mengejar Yun soo hingga ke lapangan.
Yun soo merebahkan dirinya di hamparan salju yang dingin sementara dari atas kelas, para murid menyemangati Sensei “Sensei, Sensei” teriak murid bersamaan.
“kembali ke kelas” ucap Sensei dalam bahasa korea, Yun soo tidak bereaksi. Sensei kembali membuka kamus dan tidak menemukan kalimat yang tepat. Sensei yang kesal membalik tubuh Yun soo, Hana hanya bisa terdiam melihat apa yang terjadi dengan kakaknya dan Sensei.
Sepulang sekolah, teman-teman Hana yang jahil mulai mengambil sekop dan berlarian ke arah Yun soo yang masih tertidur di hamparan salju. “lihat kakinya, apakah dia terlihat seperti orang baik? Dia lebih mirip orang mati” teriak teman Hana dan mulai menyekopkan salju dan menghamburkannya ke tubuh Yun soo. Hana melihat hal tersebut dari kejauhan dan segera berlari saat melihat tindakan teman-temannya yang sudah terlewat keterlaluan, bahkan mereka mengangkat tubuh Yun soo ke angkasa.
“lepaskan dia” teriak Hana “mengapa kamu sangat marah, kami hanya bercanda” ucap teman-teman Hana dan berlalu pergi. Hana membersihkan salju di kaki kakaknya kemudian memakaikan sepatu yang dibawanya sedari tadi. Yun soo tiba-tiba bangun dan hal itu membuat Hana terkejut. Yun soo kembali menatap Hana dengan tatapan kosong “Oppa, apakah kamu suka salju? Hana sangat suka salju” ucap Hana dan tersenyum. Yun soo sama sekali tidak menjawab dan hanya memandangi Hana. Hana menghapus salju di wajah Yun soo, namun Yun soo dengan cepat mengibaskan tangan Hana dan berlalu pergi.
Hana membonceng Yun soo pulang ke rumah. “Chingudeul, mianheyo” ucap Hana terbata-bata, Yun soo lagi-lagi tidak menjawab dan hanya memandangi Hana dari jok sepeda. Yun soo tiba-tiba menjatuhkan dirinya dari sepeda, hal itu membuat Hana terkejut dan segera menghentikan sepedanya. Hana membantu kakaknya berdiri dan membersihkan debu dari bajunya. Yun soo dengan santai bangun dari jatuhnya dan mengambil sepeda Hana dan meninggalkan Hana sendirian. “Oppa” panggil Hana namun Yun soo terus saja berjalan “Oppa” teriak Hana lagi, Yun soo menghentikan sepeda dan membuangnya ke tanah. Yun soo kemudian berjalan sementara Hana dengan sisa tenaga yang dimilikinya berusaha mengangkat kembali sepeda yang terjatuh.
Bibi Hana ketakutan saat rentenir meneleponnya dan mengancamnya jika dirinya tidak bisa melunasi semua hutang-hutangnya. Bibi Hana bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang apalagi mereka mengancam akan mengganggu Maya dan menghalangi Maya untuk bersekolah.
Bibi Hana kemudian masuk ke sebuah ruangan penyimpanan surat-surat penting milik Ibu Hana. “ini akhir dari semuanya, aku akan menjual ini agar putriku bisa bersekolah, aku berjanji tidak akan berjudi lagi” ucap Bibi Hana senang dan tidak menyadari keberadaan Hana. “apa yang kamu lihat?” tanya Hana. Bibi Hana sontak terkejut dan menyembunyikan surat yang diambilnya dari dalam lemari. Hana menuju lemari tempat penyimpanan surat-surat rumah dan pemandian air panas “sebelum ibumu mengambilnya, aku harus menyimpannya” ucap Bibi Hana dalam bahasa Korea ketika Hana ingin memeriksa apa yang disembunyikan dibalik kimononya. “apa ibumu mengatakan untuk mengawasiku, ayah barumu ingin mengambil rumah kakakku dengan memanfaatkan ibumu” tambah Bibi Hana.
Hana hanya terdiam dan tidak mengerti maksud ucapan Bibinya “ayah barumu ingin mendapatkan semua spring ini, tidak mungkin kamu tidak mengetahuinya” ucap Bibi Hana kali ini menggunakan bahasa Jepang “kamu pasti salah paham, ayah adalah orang baik” jawab Hana. Bibi Hana mendekat ke arah Hana dan memandangi Hana dalam-dalam “ayah?apa yang kamu katakan?katakan lagi? Kelihatannya sangat mudah. Siapa ayahmu? Bukankah kakakku ayahmu? Siapa ayahmu?” “ayah baru…..” ucap Hana dan sebuah tamparan mendarat di wajahnya. “siapa ayahmu?” tanya Bibi Hana sekali lagi “ayah baru” jawab Hana masih dengan jawaban yang sama. Bibi kembali melayangkan tamparan di wajah Hana untuk yang ke dua kalinya. Hana melihat ke arah Bibinya dengan tatapan tajam dan Bibinya kembali melayangkan tamparan hingga empat kali ke wajah Hana. “ayah baru, kamu wanita tidak tahu diri, sangat memalukan untuk menaruh ini di rumah kakakku” teriak Bibi Hana dan memecahkan foto keluarga Hana yang baru hingga pecah berkeping-keping. Hana menunduk dan mencoba menyelamatkan foto sebelum disobek Bibinya “kamu menangis?Mayaku selalu menangis sebelum ini, ayo keluar” terika Bibi Hana dan menyeret Hana keluar dari ruangan.
“jangan menangis, mengapa menangis, sangat berisik” teriak Bibi Hana dan terus menjambak rambut Hana. Yun soo yang kebetulan lewat dengan santainya lompat dan meninggalkan jejak kakinya yang kotor di lantai “apa yang kamu lakukan, kamu tidak tahu bagaimana bicara hah” teriak Bibi Hana pada Yun soo. Yun soo hanya melihat dan melemparkan air botol yang sedang diminumnya ke hadapan Bibi Hana dan berlalu pergi. “apa yang kamu lakukan, kamu memandang rendah saya atau apa?” teriak Bibi Hana “cepat bersihkan itu” teriak Bibi pada Hana dan berlalu pergi dengan surat rumah di tangannya.
Yun so berhenti berjalan dan berbalik melihat Hana yang sekarang berantakan dan terus menangis. Hana pun melakukan yang sama, melihat kakaknya dengan tatapan nanar seolah-olah meminta perlindungan dari Bibinya yang tiba-tiba berubah menjadi jahat dan menyiksanya.
Bibi Hana memperlihatkan surat rumah dan pemandian air panas yang sekarang berada di tangannya. Maya sangat senang dan mengatakan kalau sekarang dirinya bisa melanjutkan pendidikan ke Tokyo.
Pembicaraan mereka terhenti saat Hana masuk. Bibi Hana memutuskan keluar dari kamar “kamar sangat kecil, sebaiknya aku keluar saja” ucap Bibi Hana “biar aku saja” ucap Hana namun Bibi dengan cepat menutup pintu dari luar. Maya berdiri dan mengusir Hana keluar dari kamar “diluar sangat dingin, mengapa kamu selalu mengganggu pelajaranku”.
Hana terduduk di lorong rumahnya sambil terus menggenggam tangannya yang kedinginan. Semua kamar sedang terisi dan sama sekali tidak ada kamar kosong. Pandangan Hana tiba-tiba tertuju pada sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
Hana mengintip ke ruangan yang lebih tepatnya disebut gudang. Hana memberanikan diri masuk ke ruangan tersebut. Hana melihat sebuah buku gambar yang tergeletak di atas tempat tidur. Seorang wanita cantik yang menggunakan sebuah kalung salib telah dilukis dengan indah dalam buku gambar tersebut. Hana membalik lembaran demi lembaran buku gambar dan isinya tetap sama, wanita cantik yang menggunakan sebuah kalung salib. Hana sama sekali tidak manyadari kehadiran Yun soo di belakangnya.
Hana refleks menjauh ketika Yun soo mendekat ke arahnya. Hana meletakkan buku gambar kembali ke tempatnya dan mulai menjauh. Yun soo kemudian duduk di hadapan Hana. Hana kembali mengambil buku gambar dan menatap wajah kakaknya dengan mata berkaca-kaca “Omma” ucap Hana, namun Yun soo hanya terdiam dan mengambil buku gambar dari tangan Hana. Yun soo mendekatkan wajahnya ke wajah Hana dan menatapnya dalam-dalam. Hana ketakutan ditatap oleh Yun soo. Hana memberanikan diri meminta kakaknya untuk melukis dirinya di buku gambarnya.
Yun soo mengambil buku gambarnya dan mulai melukis wajah Hana. Yun so memandangi Hana yang terus menunduk ketakutan dan menyebut “Ibu”. Yun soo memegang wajah Hana dan mendongakkannya. Yun soo juga menghapus air mata yang sekarang menghiasi wajah Hana. Bagi Yun soo air mata Hana mengganggunya untuk melukis Hana. Hana melihat wajah kakaknya yang sekarang sedang menatapnya. Yun soo kemudian meletakkan buku gambarnya dan memutuskan tidak melukis Hana. Hana menghela nafas lega.
Hujan salju mulai turun, Hana terbangun saat mendengar suara siulan seseorang. “Yun soo oppa” teriak Hana panik dan buru-buru membuka pintu. Yun soo duduk di depan pintu dan membuat Hana tidak bisa membuka pintu. Yun soo sengaja melakukannya dan membiarkan Hana tidur di dalam agar Hana tidak kedinginan, Yun soo juga memakaikan jaketnya ke tubuh Hana.
Hana sedih karena kakaknya harus tidur di lorong yang gelap dan dingin. Pandangan Hana kemudian tertuju pada buku gambar kakaknya yang sekarang sudah terisi dengan gambaran dirinya saat tertidur. Hana tersenyum melihatnya dan menyadari kalau Yun soo tidak seperti apa yang dipikirkannya selama ini.
Bibi Hana membawa beberapa obat-obatan dan tiba-tiba terjatuh karena tersandung sesuatu. “apa yang kamu lakukan disini?seperti orang idiot” teriak Bibi Hana pada Yun soo yang duduk di lorong dan menggigil kedinginan.
Keesokan harinya
Hana mengumpulkan semua selimut yang telah dicuci. Hana buru-buru membawanya masuk ke dalam rumah dan langkahnya terhenti karena Yun soo tiba-tiba menjatuhkan salju dengan cara menggoyangkan dahan pohon. Hana menatap kakaknya kesal namun Yun soo cuek.
Bibi Hana menatap Hana kesal karena semua cucian yang telah kering penuh dengan salju. Ternyata Yun soo sengaja melakukannya agar Hana tidak disuruh lagi oleh bibinya.
“saya sudah katakan untuk cepat, tidak ada waktu untuk makan, ini sudah terlambat” ucap Bibi Hana dalam bahasa korea ketika Hana masuk ke ruang makan dan hendak menyiapkan bekal makan siangnya. “dimana Yun soo oppa?” tanya Hana pada bibinya dan tidak memperdulikan apa yang barusan dikatakan bibinya. “Oppa?jika kamu mempunyai waktu luang “maka mulailah membersihkan ruangan keluarga mulai hari ini, maya harus belajar” Apakah kamu tahu?” ucap Bibi Hana marah dan berlalu pergi. Hana sedikit terkejut mendengar ucapan bibinya. Hana melihat kotak makan siangnya yang sama sekali belum terisi apapun. Hana membuka tudung saji dan tidak menemukan apapun. Hana hanya bisa menghela nafas.
“apa kamu dengar itu?kamu harus membersihkan ruang keluarga karena aku sibuk akhir-akhir ini dan kerjakanlah sendirian” ucap Maya dan berlalu pergi. Hana menahan tangan Maya “mengapa kalian seperti ini?” tanya Hana. Maya tertawa “apakah kamu terlalu bodoh untuk mengerti? Walaupun aku bergantung padamu dan keluargamu, tetapi ibumu sudah mengijinkanku untuk belajar” “aku sudah mengerjakan semuanya” ucap Hana “jadi kamu ingin mencegahku untuk belajar, kamu sama sekali tidak hebat dalam pelajaran. Aku lebih baik darimu dalam segala hal tetapi mengapa mereka lebih memilihmu.” Ucap Maya emosi “aku pikir kamu hidup dengan bahagia, jika aku bersalah aku minta maaf” ucap Hana “maaf?mengapa kau mengatakan maaf setelah menyiksaku? Spring ini bukan punya ibumu lagi, spring ini adalah milikku dan ibuku” ucap Maya “mengapa kau tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?kita keluarga” teriak Hana “keluarga?keluargamu adalah ini” teriak Maya tidak kalah emosinya dan mengambil pigura foto diatas meja “apa yang kau lakukan, ayah baru dan kak Yun soo adalah keluargaku” teriak Hana sambil menangis dan mengambil paksa pigura dari tangan Maya. “lalu kami ini siapa?apa pembantumu?” teriak Maya dan mengguncang-guncangkan tubuh Hana. Yun soo melihat mereka bertengkar dari balik tirai gorden. Tiba-tiba Bibi Hana datang “apa yang kalian lakukan?” teraik Bibi namun Hana sudah berlalu pergi.
Yun soo sudah menunggu Hana dipinggir jalan, namun Hana terus saja berlalu dan tidak menyadari kehadiran Yun soo. Saat ini pikiran Hana sedang kalut. Yun soo hanya bisa memandangi Hana dan sepedanya yang mulai menjauh.
Yun soo melihat Maya datang. Yun soo berdiri di hadapan Maya dan siap untuk menghadangnya. Yun soo menendang ban sepeda Maya hingga Maya terjatuh dan merebut paksa sepeda Maya. “apa yang kamu coba lakukan?” teriak Maya, namun Yun soo hanya memandangi Maya dengan tatapan kosong dan berlalu pergi meninggalkan Maya yang masih terduduk di tanah.
Yun so mengendarai sepedanya dengan cepat. Yun so berusaha mengejar Hana dan menghentikannya. Hana terkejut dengan kehadiran Yun soo yang tiba-tiba dan ketakutan kalau kakaknya akan melakukan sesuatu lagi. Namun dugaan Hana salah, Yun soo mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan memberikannya kepada Hana, sebuah sarung tangan berwarna pink kepunyaan Hana yang tertinggal.
Sensei menyampaikan kepada murid-muridnya kalau untuk ujian kali ini Maya mendapat nilai tertinggi di kelas. Hana hanya bisa ikut bertepuk tangan bersama dengan murid lainnya mendengarnya. Hana tidak menyadari Yun soo yang daritadi memperhatikannya dari kursinya.
Bel berbunyi dan menandakan waktunya jam istirahat. Semua teman-teman Hana mengeluarkan bekal makan siang mereka. Hana hanya bisa duduk melamun melihat teman-temannya dan maya yang siap-siap menyantap makan siang mereka. “kamu tidak makan?” tanya Mika “aku lupa” ucap Hana tersenyum “kalau begitu makan bersama” ajak Mika dan memberikan sebagian bekal makan siangnya kepada Hana.
Yun so hanya bisa memandangi Hana dari kursinya dan memutuskan keluar kelas. Hana melihat kakaknya keluar dan memutuskan mengikutinya dan membawa makanan yang diberikan Mika padanya.
Hana mulai mencari kesekeliling keberadaan kakaknya. Yun so lagi-lagi berbaring di hamparan salju, Hana berlarian ke arah kakaknya. “Oppa makan, kamu pasti lapar, kamu bahkan tidak sarapan” ucap Hana. Yun soo membuka matanya perlahan-lahan dan menyingkapkan makanan yang diberikan Hana kepadanya hingga terjatuh ke salju. Hana hanya bisa tertunduk lesu melihat sikap kakaknya yang berubah-ubah, Hana merasa belum mengenal kakaknya sama sekali.
Mika berlarian ke arah Hana. “Hana, hana, kakakmu” panggil Mika dan menarik tangan Hana pergi.
Teman-teman Hana yang kemarin menggangu Yun soo, kembali melakukan hal yang sama. Mereka terus meneriaki Yun soo yang tertidur di hamparan salju. “kamu benar-benar tidak mengerti kami?kamu memandang rendah kami?” teriak salah satu dari mereka dan kemudian mengangkat tubuh Yun soo ke angkasa. Kali ini Yun soo tidak tinggal diam, dia berusaha melawan.
Hana dan Mika berlarian ke arah Yun soo yang kewalahan menghadapi sikap teman-teman Hana yang sudah melewati batas. “aku sudah katakan, dia tidak bisa berbicara” teriak Hana namun sebuah pukulan yang tidak disengaja mendarat di wajahnya, akibatnya hidung Hana berdarah.
Teman-teman Hana tidak sengaja melihat kalung salib milik Yun soo dan merebutnya paksa dari leher Yun soo. Amarah Yun soo memuncak, apalagi kalung pemberian ibunya dilempar kesana kemari. “tidak, itu kalung ibuku” teriak Hana dan terus menangis. Yun soo terdiam sesaat dan emosinya semakin memuncak melihat Hana terus menangis dan menyebut Ibu. Yun soo mengambil sekop yang tergeletak tidak jauh dari sisinya dan memukulkan ke teman-teman Hana hingga mereka pergi.
Yun so membaringkan kembali tubuhnya ke salju yang dingin dan memejamkan matanya. Hana melihat kakaknya dan mengucapkan maaf. Hana kemudian berdiri dan berusaha mencari kalung yang dilempar teman-temannya tadi ke salju. Walaupun seperti mencari tumpukan jarum dalam jerami, Hana tidak menyerah dan terus mencarinya. Yun soo pun tidak tinggal diam dan berusaha mencari kalung ibunya. Usaha mereka tidak sia-sia, Hana berteriak dari jauh “Oppa” dan kemudian berlari ke arah Yun soo “Oppa, Oppa” ucap Hana senang dan menunjukkan kalung Yun soo yang berhasil ditemukannya. Yun soo merebut paksa kalung dari tangan Hana dan berlalu pergi meninggalkan Hana.
Hana kembali ke rumah menjelang malam. “apa Oppa Yun soo sudah kembali?” tanya Hana begitu masuk ke ruang makan “siapa orang yang bersama dia setiap hari?” jawab Maya ketus. Tiba-tiba telepon di ruang makan berbunyi “jangan khawatir, Hana baik, kami semua baik, ingin berbicara dengannya” ucap Bibi Hana pada si penelepon yang tak lain adalah Ibu Hana. Hana hanya bisa melihat Bibinya berbicara dengan ibunya dan dengan santainya mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Hana mengambil alih telepon “Omma, ya saya baik-baik saja” ucap Hana dan mulai menangis “Omma, Yun soo Oppa?hari ini?” ucap Hana terkejut dan segera berlari tanpa memperdulikan Bibinya yang memanggilnya.
“Hari ini adalah ulang tahun Yun soo dan hari kematian ibunya, Ibunya meninggal tepat di hari ulang tahunnya yang ke 10. Yun soo sangat berduka saat itu, Hana jagalah kakakmu”.
Hana akhirnya menemukan Yun soo berdiri dipagar pembatas bandara tempat Hana pertama kali melihat Yun soo. Hujan Salju tiba-tiba turun, Hana menengadahkan tangannya dan air matanya perlahan-lahan jatuh.
Hana berlari dan memeluk kakaknya dari belakang. “Oppa, mianhaeyo. Omma, saranghaeyo, maafkan aku Oppa” ucap Hana. Yun soo berbalik menghadap Hana dan air matanya juga perlahan-lahan menetes melihat Hana. Yun so menghapus air mata di wajah adiknya, Hana. Hana pun melakukan hal yang sama terhadap kakaknya, Yun soo.
Hana menghitung uang recehan yang dibawanya. Uangnya hanya cukup untuk membeli semangkok mie ramen. Hana tersenyum dan mengambil sumpit dan memberikannya kepada Yun soo. “apa Oppa lapar? Ayo makan ini” ucap Hana, Yun soo hanya terdiam. Hana membuka kamusnya “Oppa, saengil Chukkahaeyo” ucap Hana. Mata Yun soo kembali berkaca-kaca mendengar ucapan selamat ulang tahun dari Hana. Bagi Yun soo, ini pertama kalinya, dia mendengar ucapan selamat ulang tahun setelah kematian ibunya. Yun soo kemudian melahap mie ramennya dengan lahap.
Ibunya mengatakan dia akan kembali sedih ketika salju turun. Kakak merindukan ibunya ketika salju turun dan sama sepertiku yang merindukan Ayah ketika salju turun. Meskipun kita berbicara dengan bahasa yang berbeda, tapi aku bisa merasakan apa yang kakak rasakan.
“Oppa, senyumlah, senyumlah. Senyumlah Oppa” ucap Hana menangis bahagia. Yun soo hanya memandangi Hana sekilas dan kembali melanjutkan makannya. Tanpa dilihat Hana, Yun so menggenggam erat kalung ibunya dan mulai merasa menemukan sosok seperti ibunya.
NB :
Akhirnya Sinopsis Tree Of Heaven selesai juga. Udah lama banget pengen buat sinopsis ini, tetapi aku nggak mungkin bisa ngerjain sebelum Sinopsis Hotelier selesai.
Drama Tree Of Heaven merupakan Drama Sad Ending yang kembali mempertemukan Lee Wan dan Park Shin Hye setelah sebelumnya mereka sempat beradu akting di Drama KOrea Stairway to Heaven.... (judulnya aja hampir mirip kan).....
Di drama ini pun mereka kembali dipertemukan sebagai kakak beradik...
No comments:
Post a Comment